MasukDaftarHalaman Saya
Kisah Ayah Bunda
9 Cara Membantu Anak Mengendalikan Perasaan
Dibaca 2467
Bagikan artikel ini kepada orang-orang yang Anda sayangi.
Copy link
Jika Anda ingin membesarkan anak yang dapat mengontrol perasaannya sendiri secara bijaksana, apakah yang harus ayah dan ibu lakukan?

1. Seringlah membaca perasaan anak

Siapapun itu, sikap yang ditunjukkan kepada orang lain terbentuk dari pengalaman-pengalaman hidup yang telah dilewati. Oleh karena itu, anak-anak yang sejak kecil belajar mengenai ungkapan perasaan akan memiliki pemahaman yang luas dalam memahami perasaan orang lain juga. Semakin tinggi kemampuan anak memahami orang lain, maka semakin kuat kemampuan anak untuk mengontrol perasaan dan keinginannya sendiri.

Sebaiknya Anda sering membaca perasaan anak dan juga mengungkapkan perasaan Anda dalam kehidupan sehari-hari. Melalui ungkapan perasaan yang ditunjukkan oleh ayah dan ibu secara verbal, anak mulai memahami perasaannya sendiri. Selain itu, kemampuan anak memahami perasaan orang lain juga dapat terlihat.

2. Janganlah mengusik karakter yang dimiliki oleh anak

Terkadang kita tidak tahu bahwa sebetulnya kita sering mengganggu karakter yang dimiliki oleh anak.

"Kenapa harus bikin Bunda ulang-ulang lagi?", “Kenapa kok kamu gitu terus?”, “Kenapa lagi sih?”, ucapan-ucapan yang salah seperti ini ternyata sering digunakan oleh orangtua.

Ucapan seperti ini dapat membuat anak menilai negatif dirinya sendiri dengan menganggap bahwa ‘Aku adalah anak yang selalu membuat masalah berulang-ulang’ dan ini tentu bisa berbahaya. Semua anak pasti melakukan kesalahan yang sama pasti membuat masalah yang berulang-ulang setiap hari. Saat anak menunjukkan sikap yang sama dan berulang-ulang, sebaiknya Anda menegur kesalahan yang ditunjukkan oleh anak, bukan menegur karena sikap yang diulang-ulang dan membuatnya mengecap dirinya sendir sebagai anak nakal.

3. Saat anak berbicara, dengarkan dan berikan respons yang positif

Percakapan saling berbagi perasaan bersama anak bukanlah hal yang sulit. Saat anak sedang berbicara, tataplah mata anak dan dengarkan cerita anak dengan seksama. Anak akan merasakan bahwa ia dapat menyalurkan perasaannya ketika Anda memperhatikan ucapan anak. Tunjukkan respons dengan mengangguk-angguk atau mengucapkan kata “Oh, begitu ya” saat anak sedang bercerita. Ungkapan perasaan seperti ini secara ajaib bisa menjadi kunci untuk membuka hati si kecil.

4. Saat anak marah, sebaiknya menunggulah terlebih dahulu

Sebaiknya Anda tunggulah dan berikan waktu kepada anak agar dapat menenangkan perasaan kecewanya. Saat Anda merasa mungkin sekarang anak sudah tenang, tetapi bisa saja anak belum siap. Maka sabarlah menunggu sambil mempertimbangkan waktu yang tepat untuk berbicara dengan anak.

5. Beritahukan anak bahwa menunjukkan perasaan juga ada batasnya

Jika anak menunjukkan sikap agresif seperti marah berlebihan, melempar benda atau berteriak, Anda harus menentukan batasan yang jelas untuk menghadapi sikap agresif anak.

Sebelum Anda menentukan batasan sikap tentu Anda perlu memahami perasaan anak terlebih dahulu. Batasan sikap ini bukan berarti ungkapan perasaan yang ditunjukkan oleh anak itu salah, melainkan katakan dengan jelas bahwa yang salah adalah sikap yang ditunjukkan oleh anak.

Beritahukan kepada anak bahwa ia berhak marah, tetapi ia tidak boleh melampiaskannya dengan melukai orang lain. Saat seperti ini, cobalah ceritakan mengenai sikap yang tidak boleh ditunjukkan oleh anak seperti ini “Ternyata Chai sedih gara-gara itu ya. Tetapi melempar benda itu bukan sikap yang baik.”

6. Carilah alternatif untuk mengatasi perasaan negatif

Cara alternatif untuk mengatasi perasaan negatif anak sangatlah dibutuhkan. Cobalah gunakan permainan yang disukai oleh anak. Misalnya, jika anak suka mainan mobil-mobilan, ucapkanlah “Bermain mobil-mobilan membuat Chai senang ya!”. Mungkin anak sebelumnya tidak menyadari bahwa ‘Setiap aku bermain mobil-mobilan, aku merasa senang’. Setelah anak mengerti perasaannya, Anda dapat mengarahkan sikap anak dengan berkata “Setiap Chai merasa kesal, bagaimana kalau kita main mobil-mobilan?”.

7. Perdengarkan berbagai ekspresi perasaan secara verbal/bahasa

Pemahaman mengenai perasaan dan cara mengekspresikan perasaan anak Anda masih belum matang. Oleh karena itu, sebaiknya berikanlah berbagai ungkapan perasaan yang diucapkan secara verbal. Saat Anda hendak memahami perasaan anak, tunjukkan dengan menjelaskan sikap dan perasaan secara berurutan. Misalnya, “Chai melempar mainan karena sedang marah ya!” ungkapkan sikap yang ditunjukkan oleh anak disertai perasaan emosi yang dirasakan oleh anak.

Di saat yang sama, anak akan menyadari bahwa ‘Aku baru saja melempar mainan. Aku sedang marah’, ini menandakan anak mulai memahami perasaannya melalui ungkapan secara verbal.

8. Menolak keinginan anak bukan berarti memberikan luka kepada anak. Beritahukan kepada anak bahwa hal yang tidak diperbolehkan tetap tidak diizinkan.

Orangtua yang membesarkan anak dengan memenuhi segala keinginan anak secara berlebihan biasanya karena mereka tidak ingin menyakiti perasaan anak. Tetapi, jika orangtua memberikan izin sampai anak memiliki kebiasaan yang buruk, maka ini bukanlah cara pengasuhan anak yang sebenarnya. Biarkan anak menerima kontrol eksternal yang cukup, sehingga kemampuan anak mengontrol perasaan dan sikapnya sendiri dapat berkembang.

Jika Anda takut menyakiti perasaan anak, sehingga mengabulkan segala keinginan anak, maka Anda perlu mengubah pola asuh Anda. Semakin erat hubungan kelekatan di antara ibu dan anak, maka perasaan anak tidak akan terluka ketika Anda menolak keinginannya.

9. Bermain peran baik untuk meningkatkan kemampuan berempati anak

Bermain peran merupakan jenis permainan dimana anak dapat memposisikan dirinya sebagai orang lain dan berekspresi melalui ucapan dan sikap. Bantulah anak agar dapat memahami dan meniru peran yang ia dapat dengan cara mengekspresikan ucapan dan sikap yang sesuai dengan peran dan melalui proses ini, kemampuan sosial dan kemampuan emosi anak ikut bertumbuh.

Saat bermain peran bersama anak, dukunglah anak agar dapat mengarahkan permainan daripada mendapatkan pengarahan dari orangtua.

Bahan pertimbangan
Konten Chai's Play tidak hanya terbatas diterapkan oleh ibu saja. Ayah, anggota keluarga lain, pengasuh dan para pendidik PAUD bisa mempraktikkannya juga.
Bagikan artikel ini kepada orang-orang yang Anda sayangi.
Copy link
Bagaimana dengan konten ini?