MasukDaftarHalaman Saya
Pengasuhan Anak
Membangun ‘Anak Berdikari’! Cara Meningkatkan Kemandirian Si Kecil
Dibaca 2411
Bagikan artikel ini kepada orang-orang yang Anda sayangi.
Copy link
Jika ingin anak memiliki rasa kebebasan dan bersikap mandiri, maka apa yang harus orangtua lakukan? Berikut ini beberapa peran orangtua dalam meningkatkan kemandirian anak.

• Saat ini adalah periode sensitif agar anak menjadi mandiri

Hal yang harus dilakukan setelah anak lahir ke dunia yaitu membangun hubungan kelekatan bersama ibu. Saat anak memiliki kebutuhan, ibu harus berusaha untuk segera mengenali dan memenuhi kebutuhan anak. Jika Anda selalu menunjukkan respons yang konsisten maka anak dapat merasakan kasih sayang dan kepercayaan kepada ibunya. Ibu harus berusaha membentuk kelekatan paling tidak sampai anak berusia 3 tahun. Anak terus menangis di depan ibu agar kebutuhannya dapat dipenuhi.

Anak-anak yang memiliki hubungan kelekatan yang kuat dengan berdasar atas kepercayaan, ia akan mengamati lingkungan di sekitarnya. Ini merupakan langkah pertama dari perilaku kemandirian anak. Tetapi anak yang memiliki kelekatan yang rendah akan memiliki kepercayaan yang kurang terhadap ibunya. Dalam keadaan penting pun, anak tidak dapat percaya bahwa ibunya akan menolongnya. Anak seperti ini tentu akan lebih terlambat dalam mengamati lingkungan di sekitarnya.

Jangankan bersikap mandiri, anak malah akan memastikan kelekatan bersama ibunya terlebih dahulu. Karena prinsip dasar yang tidak terpenuhi inilah yang menyebabkan anak sulit berpindah ke tahapan perkembangan berikutnya.

Saat tahapan ini terlewati, secara perlahan anak akan mulai berdiri sendiri. Mulai dari sini, anak tidak akan henti mengucapkan kata ‘aku’. Anak akan sering mengucapkan kata “aku”, “punyaku” berkali-kali sampai orangtua pusing. Walaupun butiran nasi berserakan dimana-mana, tetapi anak mulai berusaha makan sendiri. Pada masa ini tidak mungkin suasana rumah sunyi. Ketika Anda mendengar ucapan para ibu lain bahwa sejak awal Anda harus mendidik anak dengan keras. Tentu hari dimana Anda dan anak selalu berselisih dan bertengkar akan semakin banyak.

Pada masa ini yang paling penting yaitu ‘tidak marah dan menunggu’. Kebanyakan para ibu menganggap ucapan anak seperti ini “aku saja yang lakukan” sebagai ungkapan ‘keras kepala’, tetapi sebenarnya ini merupakan bagian dari ‘perkembangan kemandirian’ anak. Walaupun anak belum bisa melakukan suatu aktivitas sendiri dengan baik, tetapi sebaiknya berikanlah kesempatan kepada anak dan dampingilah. Apa yang diberikan orangtua tentu akan lebih efektif daripada anak yang mengerjakan.

Tetapi saat anak hendak ingin melakukan suatu hal sendiri namun Anda menghalanginya, maka anak tidak akan mau untuk mencoba hal itu lagi. Anak dapat berpikiran bahwa "semua yang aku lakukan pasti salah. Sudah paling benar kalau Bunda yang lakukan.”

Setelah melewati usia 3 tahun, rasa otonomi anak akan semakin tumbuh. Jika konsep mengenai “aku” atau konsep diri anak sudah berkembang, tentu rasa otonomi anak akan ikut berkembang. Anak-anak yang ingin melakukan suatu kegiatan sendiri namun selalu dihalangi maka anak tidak akan merasa bebas dan dapat menunjukkan sikap yang ragu-ragu. Anak akan berpikiran seperti ini ‘kalau begini tidak pa-apa?’ atau ‘kalau Bunda yang lakukan pasti benar tapi kalau aku pasti selalu salah kan?’ dan jika pemikiran ini semakin menumpuk maka kemampuan membuat keputusan anak akan melemah.

Anda mungkin menganggap anak selalu mendengar dan menuruti apa yang Anda ucapkan. Tetapi seiiring berjalannya waktu Anda akan mulai sadar bahwa ada sesuatu yang salah. Oleh karena itu, para orangtua akan mulai berkata “kamu kan sudah besar, pasti bisa sendiri kan, kok kamu begitu”. Anak yang tidak memiliki pengalaman sendiri akan menjadi cemas. Selain itu, anak juga anak menghindari kegiatan yang dilakukan sendiri. Agar anak memiliki sikap yang bebas, ia perlu mendapatkan izin terlebih dahulu.

• Peran orangtua agar anak menjadi mandiri

Jika ingin anak memiliki otonomi dan bersikap mandiri, maka apa yang harus orangtua lakukan? Berikut ini beberapa peran orangtua dalam meningkatkan kemandirian anak.

① Berikan ‘kegiatan yang dapat dilakukan anak sendiri’ yang sesuai dengan kemampuan anak.

Anak-anak mulai melakukan berbagai aktivitas sendiri. Ada aktivitas yang sesuai dengan kemampuan anak, tapi ada juga aktivitas yang masih belum sesuai dengan kemampuannya. Peran ayah dan ibu yaitu membantu anak agar dapat memiliki ‘pengalaman melakukan aktivitas sendiri’. Tunggulah sampai anak dapat melakukannya sendiri dan saat anak meminta bantuan berikanlah ‘bantuan yang sesuai dengan kemampuan anak’ setelah itu tunggulah sampai anak benar-benar membutuhkan bantuan dari Anda. Saat anak berhasil, berikanlah pujian, dan apabila anak mengalami kegagalan, orangtua sudah pasti harus memberikan semangat dan dukungan agar anak mau mencoba kembali.

② Jangan memaksa anak walau ayah dan ibu tidak puas.

Orangtua mungkin akan kesulitan dalam mencapai target yang sudah diharapkan. Semua orangtua pasti memiliki harapan bahwa anaknya akan memiliki prestasi yang cemerlang. Tetapi sebaiknya Anda tidak menargetkan anak memiliki prestasi yang tinggi sejak awal. Sikap yang diperlukan yaitu orangtua mengamati agar anak dapat berhasil sendiri walaupun Anda merasa tidak puas.

③ Janganlah menganggap pendapat anak sebagai bentuk dari keras kepala anak, tapi hargailah pilihannya.

Ucapan “Biar aku aja!” sambil merengek ini merupakan proses yang dibutuhkan dalam perkembangan kebebasan anak Anda. Ini merupakan tahapan penting untuk meningkatkan kemandirian pada anak. Daripada menegur anak saat anak keras kepala memiliki pendapatnya sendiri, lebih baik berikan kesempatan dan dukungan kepada pilihan anak agar anak dapat melakukan sesuatu sendiri. Jika Anda menganggap anak keras kepala dan memarahinya maka pertumbuhan kemandirian anak akan berhenti saat itu juga.

④ Refleksikan pikiran dan perilaku ayah dan ibu mengenai ‘kemandirian anak’

Ada banyak orangtua yang berharap anak dapat tumbuh mandiri namun memiliki kekhawatiran saat anak hendak melakukan suatu hal sendiri. Anda dapat merasa sedih bahwa anak akan lepas dari pegangan Anda dan dapat merasakan bahwa pendapat anak merupakan bentuk dari ‘perlawanan’. Jika harapan anak untuk mandiri hanya diucapkan melalui kata-kata, namun pada kenyataannya Anda lebih senang jika anak lebih bergantung kepada orangtua, maka ayah dan ibu harus menyediakan waktu untuk berpikir kembali mengenai pola pengasuhan anak yang sesuai dengan harapan orangtua.

Bahan pertimbangan
Konten Chai's Play tidak hanya terbatas diterapkan oleh ibu saja. Ayah, anggota keluarga lain, pengasuh dan para pendidik PAUD bisa mempraktikkannya juga.
Bagikan artikel ini kepada orang-orang yang Anda sayangi.
Copy link
Bagaimana dengan konten ini?