MasukDaftarHalaman Saya
Pengasuhan Anak
Bayi Anda yang Melakukan Tantrum dan Menangis Meraung-raung, Atasilah dengan Cara Ini
Dibaca 3821
Bagikan artikel ini kepada orang-orang yang Anda sayangi.
Copy link
Setelah lewat usia 2 tahun, ada anak yang gejala tantrumnya semakin menjadi-jadi, dan membuat ayah dan ibu merasa kewalahan. Tanpa kita sadari, bukannya meredakan tangisan dengan mencari solusi, malah kita justru semakin mudah meluapkan amarah. Sudah dihibur, sudah diberi barang kesukaannya, bahkan sudah membentak, tetap saja ia tidak mau berhenti menangis. Tantrum dan tangisan anak, mengapa bisa demikian? Bagaimana mengatasinya?

Setelah menginjak usia 12-18 bulan, bayi yang menangis seolah dunia akan kiamat itu, dinamakan 'temper tantrum'. Fenomena ini merupakan proses bayi untuk meluapkan kemarahan dan rasa frustasinya. Ini akan dumulai ketika kesadaran bayi terhadap dirinya mulai muncul, dan ia ingin memperlihatkan kepada orangtua bahwa ia mempunyai sudut pandang dan kemandirian juga. Banyak yang ingin dikatakannya, tetapi karena kemampuan berbahasanya belum mendukung, akhirnya, ia mengekspresikan rasa frustasinya dengan tingkah laku.

Gejala ini akan semakin meledak saat anak lelah, lapar, atau tidak enak badan. Sambil melakukan tantrum, si kecil akan menjadi rewel, menangis, atau bahkan berteriak. Ada kalanya ia akan memukul atau menendang Anda, mencubit, menggigit, atau melakukan tindakan menyerang lainnya. Bahkan ada anak yang tidak bisa mengendalikan amarahnya sendiri hingga berguling-guling di lantai sampai kehabisan nafas dan ambruk.

Saat ini terjadi, pada umumnya orangtua akan berusaha menghibur, menenangkan, dan melakukan segala cara agar anak berhenti menangis. Tetapi jika tidak mempan, maka pasti Anda akan ikut-ikutan marah. Tetap saja anak akan sulit ditenangkan. Mudah bagi kebanyakan ayah ibu untuk berpikir "jika aku sampai salah mengasuh, jika sampai anakku jadi aneh, itu semua salahku." Tetapi ini adalah salah satu fenomena wajar yang terjadi dalam tumbuh kembang anak, dan bukanlah salah Anda jika ia berbuat demikian. Semakin berjalannya waktu, gejala ini akan berangsur-angsur berkurang, dan menghilang sendirinya saat anak berusia 4 tahun.

Ini tidak berarti bahwa suasana saat ini akan membaik dengan cepat. Fase temper tantrum anak tetap harus dilewati dengan perjuangan. Tentu saja yang paling ideal adalah 'mencegah supaya anak tidak meledak'. Tentu saja semua temper tantrum tidak bisa dihindari, tetapi Anda bisa memperkecil kemungkinan munculnya temper tantrum dengan mengantisipasi keadaan terlebih dahulu. 

Sebelum anak marah dan 'meledak', coba cegah dengan cara-cara berikut.

1. Buatlah rutinitas yang teratur!

Jika hari-hari dilewati dengan teratur, anak akan bertingkah laku berdasarkan jadwal kesehariannya. Ia sudah dapat memperkirakan kegiatan apa yang harus dilakukannya setelah ini. Rutinitas yang teratur dapat memberikan kestabilan kepada anak. Selain itu, penyebab kemarahan anak pun dapat berkurang.

2. Orangtua terlebih dahulu mengontrol perasaan diri.

Anak akan meniru tingkah laku ayah dan ibunya. Jika orangtua dapat mengontrol perasaan dengan baik dan menunjukkan sikap yang tenang, dari situ anak dapat belajar tentang 'cara mengontrol perasaan'. Tunjukkanlah kepada anak cara orangtua menenangkan rasa amarah dan frustrasi agar anak dapat mempelajarinya.

3. Buatlah situasi-situasi yang dapat dipilih oleh anak!

Memberikan pilihan kepada anak sama dengan memberikan hak kepada anak untuk bisa membuat keputusan sendiri. Anak akan merasakan dirinya dapat mengontrol keadaannya sendiri, sehingga ia pun akan merasa kebebasannya sudah dihargai.

Selain itu, janganlah Anda menyebutkan kembali apa yang dipilih oleh anak. Kalau memang bukan berkaitan dengan 'keselamatan anak', biarkan anak mengontrol dirinya sendiri sesering mungkin. Jika Anda melarang anak dalam memilih baju dan sepatu sendiri, maka anak dapat merasakan dirinya tidak berdaya dan tidak ada hal yang dapat dikerjakannya sendiri.

4. Jagalah anak agar tidak merasa kelelahan

Pada hari di mana anak banyak beraktivitas, biarkan anak memiliki tidur yang cukup dan makan yang teratur untuk kebutuhan tenaganya. Semakin lelah anak, maka ia akan semakin sensitif dan sering menunjukkan temper tantrum.

Walaupun Anda sudah berusaha, mungkin tiba-tiba amarah anak bisa meledak. Bisa saja anak memiliki masalah dengan kemampuan mengontrol perasaannya. Tapi, dalam masa pertumbuhannya, anak pasti akan melewati proses yang semestinya dilalui. Anda tidak perlu khawatir.


Ketika anak marah-marah dan tantrum, coba atasi dengan cara berikut ini!

1. Bersabarlah dengan tenang.

Ketika kemarahan anak meledak, orangtua harus tenang. Jika anak yang sedang marah melihat orangtuanya bingung dan kaget, maka anak dapat mengerti bahwa 'temper tantrum merupakan cara efektif untuk mendapatkan keinginannya'. Saat anak melakukan tantrum, dengan memperlihatkan sosok yang tetap tenang, barulah ia akan mengerti bahwa ini bukanlah cara yang benar untuk mendapatkan sesuatu. 

Seiring dengan pertumbuhan anak, sangatlah wajar jika kita harus menghadapi kesulitan-kesulitan yang ada. Banyak orang tua yang terlalu takut dicibir/dikomentari oleh orang di sekitarnya, sehingga menjadi tergesa-gesa untuk menenangkan/menuruti kemauan anak. Pada saat ini, yang penting adalah untuk 'tidak menyalahkan diri sendiri dan mengatasi dengan tenang', agar anak bisa mengandalkan ayah ibu dan ia bisa menerima perasaannya dengan lebih tenang juga.

2. Tidak menghiraukan rengekannya juga bisa menjadi salah satu cara.

Jika memungkinkan, bersikaplah dengan tenang seolah-olah tidak terjadi apa-apa. Meskipun anak menangis menjadi-jadi, jika Anda tidak menghiraukannya, maka ia akhirnya akan sadar bahwa "cara ini ternyata tidak berguna." Bertindaklah hanya jika anak menyerang orang lain, merusakkan barang, melakukan tindakan berbahaya, dll. Jangan mendiamkan perilaku tersebut, bawa anak keluar dari ruangan, dan tegaskan kepadanya bahwa "tingkah laku itu bukanlah tingkah laku yang baik."

Jika terkadang Anda mengiming-imingi benda material untuk mengatasi tantrum anak, akan terjadi kemungkinan anak melakukan tantrum sebagai kebiasaan untuk mendapatkan benda yang ia inginkan. Karena itu, Anda harus bersikap konsiten dan memberitahunya dengan tegas mengenai hal-hal yang tidak diijinkan.

3. Berpindah tempatlah.

Jika anak tidak mudah ditenangkan, maka berpindahlah ke tempat lain. Bawalah anak ke kamar lain, atau ke tempat di mana tidak ada orang lain. Saat anak menangis di dalam rumah, coba bawalah keluar rumah. Jika di tempat umum, anak melakukan tantrum dan tidak mudah ditenangkan, pergilah dari tempat tersebut. Hentikanlah apa yang sedang Anda lakukan, bawalah anak keluar dari tempat itu, dan berikan ia waktu untuk menenangkan diri.

Baik juga untuk mengalihkan perhatiannya ke tempat yang berbeda. Akan efektif juga untuk mengalihkan ketertarikan bayi terhadap benda lain.

4. Bacalah amarah anak.

Bacalah isi hati anak Anda. Akan menjadi penghiburan yang besar bagi anak ketika ia merasa bahwa ayah dan ibu mengerti isi hatinya. Salah satu penyebab timbulnya temper tantrum pada si kecil adalah untuk mendapatkan perhatian dari orangtua. Berekspresi dengan memberi perhatian dan ikut berempati terhadap hatinya dapat membantunya meredakan luapan amarah.

5. Setelah ledakan tantrum berakhir, bersikaplah lebih lembut dan hangat kepada anak.

Setelah anak selesai meledakkan amarahnya, bisa saja Anda bingung bagaimana harus bersikap selanjutnya. Ia merasa takut dimarahi, merasa frustasi, tetapi ia ingin dihibur. Setelah anak kembali tenang, jangan justru menghukum atau memarahinya, karena ia bisa beranggapan bahwa dirinya adalah anak yang nakal. Tidak hanya akan memicu rasa bersalah anak, Anda akan memperburuk kepribadiannya. Daripada memberinya hukuman, berempatilah terhadap perasaannya dan bersikaplah dengan hangat kepadanya.

Bahan pertimbangan
Konten Chai's Play tidak hanya terbatas diterapkan oleh ibu saja. Ayah, anggota keluarga lain, pengasuh dan para pendidik PAUD bisa mempraktikkannya juga.
Bagikan artikel ini kepada orang-orang yang Anda sayangi.
Copy link
Bagaimana dengan konten ini?