MasukDaftarHalaman Saya
Pengasuhan Anak
Pembinaan Emosi: Berempatilah Pada Perasaan/Emosi Anak
Dibaca 1677
Bagikan artikel ini kepada orang-orang yang Anda sayangi.
Copy link
Cara pertama untuk meningkatkan kemampuan anak mengekspresikan perasaan/emosinya adalah dengan ibu berempati pada perasaan/emosi anak. Anak-anak masih belum pintar memahami perasaan mereka sepenuhnya dan juga belum pintar mengekspresikan perasaannya. Oleh karena itu, hal pertama yang harus dilakukan adalah ibu terlebih dulu berempati dan membaca perasaan/emosi anak.

Saat berempati dengan perasaan anak, meskipun perasaan anak bisa ditebak, namun Anda harus menghindari asumsi bahwa ‘meskipun kamu diam, Ibu tahu isi hatimu’. Meskipun ibu paham emosi anak, akui perasaan dan ekspresikanlah dengan kata-kata, sehingga anak dapat memahami perasaannya sendiri dan dapat melihat kembali dirinya.

Untuk berempati pada emosi anak Anda, lakukanlah hal ini!

1. Berempatilah pada emosi negatif dan positif anak

Anda harus berempati pada semua emosi anak, baik itu perasaan positif maupun negatif. Ini karena emosi manusia tidak hanya perasaan positif. Bahkan jika anak Anda menunjukkan kemarahan yang menyinggung dan mengatakan hal buruk yang seharusnya tidak ia katakan, Anda tidak boleh mengkritik perkataan anak Anda. Jika Anda mulai mengkritik perkataan anak Anda, maka Anda akan mengabaikan perasaan negatif anak Anda.

Jangan lupa bahwa mempertimbangkan emosi anak terlebih dahulu adalah hal yang pertama harus Anda lakukan, seperti “Rupanya kamu sangat marah ya, sampai berkata seperti itu”.

2. Dengarkan perasaan anak Anda dengan serius dan seksama

Meskipun di mata ibu yang ada dalam hati anak terlihat jelas, namun diperlukan sikap mendengarkan dengan serius dan seksama. Selain itu, jika Anda berbicara "Rupanya Chai marah ya." dengan nada bicara yang tidak menganggap hal itu serius, maka dari sudut pandang anak, ia akan merasa bahwa perasaannya tidak diakui. Sikap meremehkan, seperti 'Kalau anak marah pun, bisa seberapa marah sih dia' adalah sikap yang membuat Anda kehilangan kesempatan untuk memahami dan menghadapi emosi Anak Anda.

3. Jangan meminta banyak jawaban tentang penyebab timbulnya emosi anak

Jika Anda bertanya kepada anak, "Kenapa kamu marah?" , "Kenapa kamu kesal?" untuk membaca perasaan anak, maka anak akan sulit untuk menjelaskan penyebabnya dengan tepat. Orang dewasa pun saat marah dan jengkel, ada kalanya tidak tahu mengapa ia marah dan jengkel. Anda tidak akan mendapatkan jawaban jika Anda menanyakan penyebab emosi anak kepada anak yang saat ini sedang berkembang kemampuan kognitifnya.

Saat membaca perasaan anak, lebih efektif jika Anda bertanya tentang suasana hati anak daripada Anda bertanya tentang penyebab emosi anak.

4. Gunakanlah ‘Gaya bicara burung kakaktua’

Dalam konseling psikologis, konselor menggunakan metode 'gaya bicara burung kakatua' untuk berempati dengan perasaan klien. Orang yang tidak tahu tentang konseling psikologi pun dapat dengan mudah menggunakan metode ‘Gaya bicara burung kakatua’' ini.

Singkatnya, metode ini adalah mengikuti apa yang orang lain katakan, saat mereka membicarakan tentang sebuah kejadian atau perasaan.

Misalnya, jika anak Anda berkata, "Bunda, aku tadi antri buat naik perosotan, terus didorong temanku dari tangga", ikuti perkataannya seperti ini “Rupanya Chai didorong sama temannya dari tangga ya”. Jika Anda berbicara tentang perasaan yang dirasakan anak Anda pada saat itu, maka akan menjadi gaya bicara berempati yang efektif.

Namun, hal yang perlu diingat adalah jika Anda sekedar mengikuti kata-kata anak tanpa adanya cukup rasa empati, hal ini bisa jadi malah menimbulkan efek yang berlawanan.

Bayi yang masih kecil dan belum dapat berbicara pun, merasakan dengan intuisinya apakah ibunya benar-benar berempati pada perasaannya atau tidak. Oleh karena itu, ketika berempati pada perasaan anak, Anda harus melihat anak sebagai individu dan berempati dengan tulus, sehingga hati anak pun dapat terbuka.

Bahan pertimbangan
Konten Chai's Play tidak hanya terbatas diterapkan oleh ibu saja. Ayah, anggota keluarga lain, pengasuh dan para pendidik PAUD bisa mempraktikkannya juga.
Bagikan artikel ini kepada orang-orang yang Anda sayangi.
Copy link
Bagaimana dengan konten ini?