MasukDaftarHalaman Saya
Kisah Ayah Bunda
5 Kesalahan Orang Tua Saat Berbicara kepada Anak
Dibaca 23131
Bagikan artikel ini kepada orang-orang yang Anda sayangi.
Copy link
Saat dikejar waktu atau buru-buru, seringkali tanpa sadar orang tua berkata seperti ini...

1. "Ayo cepet! Kalau ga cepetan ntar kamu ketinggalan!"

Saat tergesa-gesa seringkali orang tua tidak sabar dengan lambannya gerak-gerik anak. Tetapi kata-kata Anda justru beresiko menanamkan rasa cemas dan kemarahan pada anak.

Saat anak sedang sendirian tanpa orang tua, anak akan merasakan kecemasan yang ekstrim. Tentunya Anda tidak ingin ini terjadi kepada buah hati Anda bukan?

[Coba katakan seperti ini] “Yuk, coba lari seperti harimau!”

Pada situasi terburu-buru, kata-kata yang mendorong ketertarikan anak akan lebih efektif daripada kata-kata yang bernada mengancam. Anda bisa juga menggunakan karakter-karakter atau binatang kesukaan anak seperti harimau, Superman, dan sebagainya. Anak akan bergerak lebih gesit dan merasa seperti sedang bermain.

2. "Kalo kamu begitu terus ntar ditangkap Pak polisi lho!"

Anak-anak tidak tahu siapa sebenarnya pak polisi itu. Atau nenek sihir. Dan sebagainya.

Anak-anak akan menyerap mentah-mentah apa yang Anda katakan atau nuansa nada bicara Anda meskipun hanya sesaat. Memberikan ancaman dan ketakutan akan menanamkan perasaan bersalah yang berlebihan pada anak.

[Coba katakan seperti ini] (Secara repetitif) “Tidak boleh/jangan seperti itu”

Saat anak berulang-ulang melakukan hal yang tidak benar, biasanya Anda menggunakan nada bicara yang keras atau membentak untuk melarangnya. Namun, menegur anak dengan konsisten, nada bicara yang tegas dan berulang akan lebih efektif dalam jangka panjang daripada bernada bicara keras atau mengancam. 

3. "Stop! Bunda kan udah bilang ga bole nangis!"

Anak masih belum fasih dalam mengekspresikan perasaan dan pikirannya melalui bahasa dan kata-kata. Karena itulah mereka menangis untuk mendapatkan yang diinginkannya. Anak akan banyak menangis seiring tumbuh besarnya mereka. Karena itu, daripada menghentikan tangisannya, berikan mereka kasih sayang.

[Coba katakan seperti ini] “Ternyata kamu sedang kesal ya. Nggak apa-apa kalo kamu pingin nangis.”

Saat anak sedang ngambek dan sulit untuk kita mengontrol tangisannya, seringkali kita justru berkata"jangan nangis!" untuk menghentikan kebiasaan jeleknya. Tetapi jika kita mengakui bahwa ia sedang kesal dan memberikan ia kesempatan untuk menangis, justru tangisannya akan berhenti lebih cepat. Anak-anak menangis karena ingin diakui perasaannya oleh Anda. Oleh karena itu, tanggapilah perasaannya.

4. "Kamu seperti itu bikin malu Bunda aja!"

Terkadang saat Anda sedang stres dan kelelahan, tanpa Anda sadari Anda mengeluarkan kata-kata yang bisa memberikan rasa takut dan rendah diri kepada anak. Anak akan merasa bahwa keberadannya tidak diharapkan oleh orang tua dan ini bisa menimbulkan ketidakstabilan pada emosinya.

Mulai sekarang, berpikirlah dua kali sebelum Anda 'meledak' di depan anak.

[Coba katakan seperti ini] “Bunda sedih karena sepertinya bunda salah mengajarkan kamu sampe jadi kebiasaan buruk"

Saat Anda sudah mencoba segala cara untuk memperbaiki kebiasaan buruk anak tapi tidak mempan, cobalah berekspresi dengan mengutarakan isi hati Anda.

Saat ini, ekspresikan perasaan dari sudut pandang Anda. Cara ini bisa menjadi solusi yang efektif untuk memperbaiki kebiasaan buruk anak.

5. "Sekali lagi kamu begitu nanti Bunda marah"

Anak-anak akan melakukan kesalahan yang sama berulang-ulang. Mereka melakukannya bukan karena mengabaikan kata-kata Anda atau ayah, tapi karena mereka memang benar-benar lupa dan tidak sadar terhadap kesalahan yang mereka lakukan.

Tidak perlu memberi ancaman atas kejadian yang belum terjadi. Saat Anda mendisiplinkan anak, tujuannya adalah memperbaiki kesalahan anak, bukan memfokuskan pada perasaan Anda. Ekspresi seperti "Bunda/Ayah marah" tidak tepat. 

[Coba katakan seperti ini] “Terima kasih kamu sudah menepati janjimu”

Anak-anak bukan dengan sengaja melakukan kesalahan. Karena itu tidak perlu memberi ancaman untuk kesalahan berikutnya yang bahkan belum mereka lakukan. Daripada mengorek 10 kesalahan anak, lebih baik memberi 1 pujian atas kelakuan baiknya.

Bahan pertimbangan
Konten Chai's Play tidak hanya terbatas diterapkan oleh ibu saja. Ayah, anggota keluarga lain, pengasuh dan para pendidik PAUD bisa mempraktikkannya juga.
Bagikan artikel ini kepada orang-orang yang Anda sayangi.
Copy link
Bagaimana dengan konten ini?