MasukDaftarHalaman Saya
Pengasuhan Anak
4 Alasan Bayi yang Kesal Suka Melampiaskan Amarahnya kepada Bunda
Dibaca 13913
Bagikan artikel ini kepada orang-orang yang Anda sayangi.
Copy link
Ada tipe anak yang ketika merasa kesal, ia suka melampiaskannya kepada ibunya. Kenapa anak suka melampiaskan kesalnya kepada ibunya? Mari kita cari tahu alasan dan solusi mengatasi perilaku anak yang suka melampiaskan kekesalannya.

Terkadang, anak yang suka mengekspresikan rasa sayangnya kepada ibu akan merasa kesal/marah ketika ibu tidak ada, dan perasaannya ini ia limpahkan kepada ibu. Sulit sekali mengetahui alasan mengapa anak marah sedemikian rupa, sehingga sebagai seorang ibu, Anda pun pasti merasa lelah. Kenapa anak-anak ini melampiaskan amarah kepada Anda? Ada 4 alasan yang perlu diketahui mengenai perilaku si kecil melampiaskan amarah.

1. Apakah gaya pengasuhan Anda terlalu ketat?

Bagi orangtua dengan gaya pengasuhan yang ketat, anak akan memiliki obsesi untuk selalu menyesuaikan dirinya dengan peraturan. Maka dari itu, anak-anak ini setiap harinya akan berusaha menyesuaikan dirinya dengan peraturan, jika tidak berhasil, mereka akan memiliki kebiasaan mudah menyerah atau suka menghindar. Ini karena si kecil merasa tidak mau mengecewakan Ayah dan Bunda.

Anak-anak ini biasanya mempunyai pemikiran “stres akan tingkah lakuku sendiri”. Anak seperti ini selalu membawa stres yang tidak terselesaikan dan ini berpengaruh pada kemampuan mengontrol emosinya. Peraturan yang ketat dapat menjadi beban terdalam bagi anak, sehingga anak merasa kesulitan dalam mengekspresikan emosinya. Sedikit saja ke luar dari peraturan, anak merasa marah, dan amarahnya ini dianggap karena kesalahan Bunda! Tetapi karena anak tanpa henti selalu mengharapkan kasih sayang dari ibunya, maka tidak heran jika di mata Anda, justru si kecil terlihat lebih sering mengekspresikan kasih sayang.

2. Apakah Anda selalu menerima amarah bayi Anda?

Apabila ibu cenderung sering memberikan izin kepada si kecil secara berlebihan, biasanya anak akan melampiaskan perasaan kesalnya kepada ibu.

Ketika ia stres dengan situasi yang ada atau kesal karena menemukan sesuatu yang tidak sesuai harapan, ia akan melampiaskan kekesalannya terhadap seseorang yang dianggapnya lemah dan dapat menerima segala perasaannya. Dan anak memilih ibunya sebagai tempat mencurahkan amarahnya.

3. Apakah Anda sering melampiaskan amarah di depan bayi Anda?

Si kecil mungkin memiliki karakter dan temperamen senang diberikan sentuhan kasih sayang dan cenderung ekspresif, tapi kalau marah, ia akan meledakkan amarahnya begitu saja. Sebaiknya Anda perlu mempertimbangkan kembali teknik pendisiplinan yang selama ini Anda terapkan dan juga sikap apa yang sering Anda tunjukkan ketika marah. Apabila Anda termasuk orangtua yang suka mengekspresikan rasa marah secara langsung, kemungkinan besar anak melihat dan mencontoh perilaku Anda.

Dengan kata lain, sebelum melampiaskan amarahnya, anak merefleksikan perilaku yang sama dengan perilaku orangtuanya yang sebelumnya ia amati.

Tidak hanya dari orangtua saja, anak mungkin mencontoh cara mengekspresikan kekesalan dari orang lain atau media lainnya. Karena anak belajar dari apa yang ia lihat, bisa saja ia akan terus melakukan cara yang sama sesuai dengan pengalamannya.

4. Apakah bayi Anda sedang membawa stres dari tempat lain?

Terkadang ada tipe anak yang suka membawa stres yang didapat dari luar ke dalam rumah. Ketika masalah tidak bisa diselesaikan di tempatnya, anak merasa boleh saja ia membawa masalah tersebut ke dalam rumah. Coba Anda perhatikan hal-hal apa saja yang menjadi penyebab munculnya stres pada anak Anda.

Ketika orangtua memberikan perhatian terhadap perasaan yang diekspresikan oleh anak, hal ini sangat baik untuk meningkatkan rasa kepercayaan diri si kecil. Sebaliknya, jika orangtua mengabaikan perasaan anak atau marah begitu saja, ini malah membuat anak akan menyembunyikan perasaannya. Perasaan anak pun dapat terluka. Ajarkanlah untuk bisa mengungkapkan atau mengekspresikan perasaannya dengan cara yang tepat.

Bahan pertimbangan
Konten Chai's Play tidak hanya terbatas diterapkan oleh ibu saja. Ayah, anggota keluarga lain, pengasuh dan para pendidik PAUD bisa mempraktikkannya juga.
Bagikan artikel ini kepada orang-orang yang Anda sayangi.
Copy link
Bagaimana dengan konten ini?