MasukDaftarHalaman Saya
Kisah Ayah Bunda
Ucapan dan Perilaku yang Sebaiknya Tidak Anda Tunjukkan Kepada Anak Pertama
Dibaca 9419
Bagikan artikel ini kepada orang-orang yang Anda sayangi.
Copy link
Ucapan dan perilaku seperti apa yang sebaiknya tidak ditunjukkan kepada anak pertama Anda? Selain itu, cara apa yang bagus agar anak pertama Anda bisa bergaul akrab dengan adiknya?

Suatu hari di rumah yang sebelumnya hanya ditinggali oleh tiga orang anggota keluarga yaitu ayah, ibu dan satu anak, hadirlah makhluk kecil yang tidak lain adalah adik yang baru lahir. Menurut para ahli, anak pertama akan merasa kaget dan cemas ketika adik kecil hadir ke dunianya. Dan dalam waktu yang bersamaan, terjadi perubahan pada lingkungan dan sikap yang biasa ditunjukkan oleh ayah dan ibu kepada anak pertama sehingga membuatnya lebih kebingungan. Anak menganggap bahwa adik kecil sudah merebut semua kasih sayang dan perhatian yang sebelumnya tertuju padanya sehingga ia pun menunjukkan ketidaksukaan kepada sang adik.

Ayah dan ibu sering berkata ‘kamu kan sekarang sudah menjadi kakak~’ dan berharap agar anak pertama mau lebih mengalah dan bersikap sebagai anak yang sudah lebih besar. Tapi, beradaptasi dengan perubahan besar yang muncul di sekitarnya setelah adik lahir tidaklah mudah bagi anak pertama dan ditambah lagi dengan dorongan dari orangtua agar ia dapat bersikap layaknya seperti seorang ‘kakak’.

Karena itu, apakah Anda tahu ucapan dan perilaku seperti apa yang sebaiknya tidak Anda tunjukkan kepada anak pertama? Dan seperti apa cara yang efektif supaya sang kakak dapat berhubungan akrab dengan sang adik?

1. “Kelakuanmu harus seperti seorang kakak dong!”

Apa yang dimaksud dengan kelakuan seperti kakak? Si kecil yang tadinya hidup sebagai anak tunggal, suatu hari tiba-tiba memiliki status yang baru yaitu menjadi seorang kakak yang memiliki adik kecil. Untuk memahami status barunya ini bukanlah hal yang mudah bagi si kecil. Sebagai seorang kakak, anak pun butuh waktu penyesuaian. Bagi anak yang merasa semua kasih sayang dan perhatian dari orangtua sudah direbut oleh sang adik, bisa saja ia akan merasakan konflik di dalam dirinya. Agar anak pertama bisa membangun hubungan kakak-adik yang baik, hal yang paling pertama harus orangtua lakukan yaitu membantu anak ‘paham mengenai adik’. Apabila orangtua sudah mewanti-wanti anak harus menjadi kakak yang baik sebelum ia mengerti siapa sebetulnya adik di dalam hidupnya, maka justru anak mungkin akan menunjukkan perlawanan. Ingatlah bahwa anak pertama terlebih dahulu perlu memahami bahwa adik adalah seorang bayi kecil yang lemah dan butuh bantuan dari orang lain, baru setelah itu ia dapat mempelajari seperti apa saja peran kakak di dalam kehidupan sang adik.

[Bagaimana dengan cara ini?]

Banggakan sang kakak di depan adiknya

Contohnya, pada jam makan, katakan dengan nyaring “Wah, Kakak hebat sekali sudah bisa menyiapkan piring dan sendok makan sendiri! Adik masih terlalu kecil, jadi Adik masih harus Bunda suapi. Kakak keren ya, Dik?!”. Berikanlah pujian yang spesifik dan jelas kepada anak pertama Anda, khususnya ketika ia mampu melakukan suatu hal sendiri tanpa bantuan ayah dan ibu. Bantulah agar anak mengerti bahwa ayah dan ibu selalu hadir untuk adik bukan karena lebih menyayanginya, melainkan karena adik kecil yang masih lemah butuh bantuan dan dampingan dari orang yang lebih besar. Dengan begitu, tanpa menekan pun dengan sukarela anak akan lebih termotivasi menunjukkan sikap sebagai seorang kakak. 

2. “Kamu kan sudah besar, kok begitu sih?” / “Kok kayak anak kecil sih?”

Ketika adik bayi sedang digendong, kadang-kadang sang kakak juga merengek meminta digendong atau bahkan minta dipakaikan popok kembali sama seperti adiknya. Ayah dan ibu sudah pusing mengasuh kedua anak sekaligus sehingga secara tidak sadar mengeluarkan kata-kata yang menyakitkan hati sang kakak. Ayah dan ibu hanyalah manusia biasa yang terkadang tidak dapat mengontrol perasaan mereka. Tapi, coba ingat kembali bahwa sang kakak juga masih anak-anak yang haus kasih sayang dari kedua orangtuanya.

[Bagaimana dengan cara ini?]

Perlihatkan foto si kecil waktu masih bayi.

Ketika anak bertingkah seperti bayi, itu tandanya ia ingin mendapatkan perhatian dan kasih sayang dari Anda. Mereka beranggapan bahwa dengan menangis lebih kencang daripada adik atau memakai popok seperti adik, pasti mereka bisa meraih kembali perhatian dari ayah dan ibu. Agar sang kakak dapat mengerti mengapa ayah dan ibu perlu memberikan perhatian ekstra kepada sang adik, cobalah perlihatkan foto sang kakak waktu usianya sama dengan adik lalu ceritakanlah kenangan pada saat itu. “Lihat ini foto Kakak dulu waktu masih seumuran Adik! Bunda lagi menggendong dan menyusui Kakak ya sama seperti Adik tadi sebelum tidur”.

3. “Tunggu bentar deh. Adik kan lagi nangis tuh.” / “Nanti dulu ya. Bunda harus kasih Adik susu.”

Mengatakan ‘sebagai Kakak, kamu sudah semestinya mengalah’ kepada anak pertama Anda adalah sesuatu ucapan yang membuat anak merasa tidak adil. Ketika anak belum sepenuhnya menerima adik sebagai bagian dari keluarga, tapi ia sudah dituntut harus memberikan ruang, waktu dan mengalah dalam segala hal tentu ini tidaklah mudah. Jika sang kakak sudah merasa salah paham bahwa Anda selalu menomorduakan dirinya ketimbang sang adik, maka bisa saja tumbuh rasa benci kepada adik yang telah merebut kasih sayang ayah dan ibu dari dirinya.

[Bagaimana dengan cara ini?]

Berikan penjelasan dan mintalah izin kepadanya.

Ketika adik menangis, jelaskan kepada anak pertama Anda alasan mengapa sang adik menangis. Anda dapat berkata “Adik kan belum bisa bicara, jadi kalau butuh apa-apa Adik menangis untuk memberitahu Bunda.” Setelah memberikan penjelasan dan adik menangis, coba berikan pertanyaan kepada sang kakak “Adik nangis tuh! Ayah dan Bunda harus berbuat apa ya?” dan sekaligus meminta izin kepadanya. Setelah dua langkah ini dilakukan secara terus menerus, tanpa dijelaskan situasinya pun sang kakak akan meminta Anda untuk membantu adik atau menunjukkan perhatian kepada adiknya.

Bahan pertimbangan
Konten Chai's Play tidak hanya terbatas diterapkan oleh ibu saja. Ayah, anggota keluarga lain, pengasuh dan para pendidik PAUD bisa mempraktikkannya juga.
Bagikan artikel ini kepada orang-orang yang Anda sayangi.
Copy link
Bagaimana dengan konten ini?