MasukDaftarHalaman Saya
Pengasuhan Anak
Jangan Sampai Anda Melampiaskan Emosi kepada Anak!
Dibaca 2967
Bagikan artikel ini kepada orang-orang yang Anda sayangi.
Copy link
Ekspresi emosi Anda dan cara Anda mengendalikan emosi memberikan pengaruh yang besar terhadap kestabilan emosi anak. Kestabilan emosi anak ini berhubungan dengan kelekatan, harga diri, kemampuan sosial, proses belajar, dan hal-hal lain yang membentuk sosok si kecil di masa yang akan datang. Mengapa pengendalian emosi orangtua selama mengasuh anak itu penting?

Orangtua merasa lelah saat si kecil menunjukkan tantrum, menangis, merengek dan keras kepala. Terkadang Anda masih bisa menunggu dan melewatkannya saja, tapi saat Anda tidak memiliki waktu yang cukup untuk menenangkan si kecil, ada kalanya emosi Anda meluap sampai ke ubun-ubun.

Tapi, yang terpenting pada kondisi seperti ini hanyalah satu hal.

Yaitu, perilaku Anda yang bijaksana.

Banyak sekali orangtua yang memarahi anak mereka yang tantrum. Ada pula orangtua yang bahkan menggunakan kekerasan sebagai hukuman. Atau ada juga yang melontarkan kata-kata negatif yang dapat menyayat hati anak. Namun banyak sekali orangtua yang menyesal dengan apa yang sudah dilakukannya. Karena sebenarnya mereka tidak ingin bersikap seperti ini, namun ini muncul disebabkan oleh emosi yang meluap.

Tapi, Anda semestinya dapat menjaga kestabilan emosi anak, karena ini akan mempengaruhi hidupnya. Sebaiknya Anda tidak meluapkan emosi yang meledak di depan anak dan tidak menampilkan sosok yang tidak bisa mengontrol emosi Anda sendiri di depan anak. Apabila sudah menjadi kebiasaan dan muncul secara berulang-ulang, nantinya Anda akan sulit untuk memperbaikinya lagi. Anda harus menetapkan hati untuk tidak menunjukkan sosok ayah dan ibu yang tidak bisa mengendalikan emosi dengan baik di depan anak.

Kebanyakan orangtua akan menanggapi seperti ini.

“Apa saya bisa seperti itu?”

Orang dewasa pun perlu berlatih untuk mengendalikan emosi dan mengalihkan pemikiran yang negatif. Luangkan waktu Anda sebentar saja untuk mencoba berada di posisi anak! Kemudian, coba pikirkan juga cara apa yang dapat Anda lakukan untuk menghentikan tantrum dan memperkirakan apa yang sedang dipikirkan oleh anak! Apabila Anda langsung memarahi anak, tindakan ini tidak bisa menjadi contoh yang baik dan anak mungkin akan merasa dirinya tidak dihargai. Ia mungkin akan takut karena Anda tidak memberikannya kesempatan untuk menyadari kesalahannya dan memikirkan apa yang harus dilakukan.

Langkah pertama, walaupun si kecil menunjukkan perilaku yang membuat Anda geleng-geleng kepala, sebaiknya bersabar, tunggulah sambil mengendalikan emosi Anda.

Bukan berarti Anda mengangkat kaki meninggalkannya sendiri, tapi cobalah menjauh secara perlahan (namun masih terlihat oleh anak) dan amatilah sikap anak. Dan sebaiknya Anda tidak langsung menuruti segala keinginannya. Karena nantinya ini bisa menjadi kebiasaan yang buruk.

Langkah kedua, apabila si kecil sudah melewati usia 2 tahun, bantulah anak berlatih mengekspresikan perasaannya melalui kata-kata yang tepat.

“Aku marah”, “Bunda, aku mau ini”, “Aku pingin main ini”, “Aku sebal”, “Tolong bantu aku”, “Aku sedih”, dan ungkapan lainnya yang dapat mengutarakan isi hati anak melalui kata-kata. Bantulah anak berlatih mengungkapkan perasaannya! Anak yang belum lancar menyampaikan perasaan dan pikirannya dengan baik bisa merasa frustasi, sehingga ia tunjukkan melalui sikap tantrumnya.

Sebaliknya, anak yang sudah pandai mengungkapkan isi hatinya dengan baik, biasanya mampu mengontrol keinginannya sendiri dengan baik. Dengan kata lain, kemampuan mengendalikan emosi dan regulasi diri sangat erat kaitannya dengan kemampuan belajar dan tumbuhnya harga diri anak.

Jika demikian, bagaimana cara melatihnya?

1) Bacalah perasaan anak dan ungkapkan dengan kata-kata

“Chai sedang merasa marah ya.”
“Kamu sedih karena Bunda tidak membolehkanmu main ini sendirian ya?”
“Kamu kesal karena nggak bisa memiliki mainan ini ya?”

2) Jelaskanlah kepada anak bahwa tidak segala hal di dunia ini akan selalu berjalan sesuai keinginannya

“Kalau kebanyakan ngemil, nanti perut, gigi dan kepala kamu bisa sakit, nak!”
“Kalau kamu minta dibelikan mainan terus, nanti Ayah dan Bunda tidak punya cukup uang untuk beli makanan yang enak.”
“Bunda mengerti kalau Chai kepingin beli ini. Tapi, kan belum lama ini, Chai baru membeli mainan baru. Banyak sekali barang yang ingin dibeli oleh Ayah dan Bunda, tapi nanti uangnya kurang. Ayah dan Bunda juga sedih, tapi mau bagaimana lagi”.
“Chai kepingin main ini sendiri ya, tapi tangan Chai belum kuat untuk memegang mainan ini sendiri. Bunda coba bantu sedikit ya~ Atau, kamu coba dulu sekali, nanti kalau sulit, bilang sama Bunda!”

3) Cobalah berulang-ulang kepada anak dan bersabarlah

Anak mungkin bisa memahami suatu informasi dengan cepat, tapi kebiasaannya belum tentu dapat berubah begitu saja. Ini karena otak si kecil masih dalam masa pertumbuhan sehingga otaknya masih bekerja dengan lambat, tidak seperti orang dewasa yang mampu berpikir dengan cepat. Setiap situasi ini beberapa kali muncul, sebaiknya Anda memberikan penjelasan yang dapat mudah dimengerti oleh anak. Awalnya, Anda dapat merasakan bahwa si kecil masih berpikir dengan sangat lambat walaupun sudah diberikan penjelasan yang singkat dan jelas, tapi pasti sedikit demi sedikit anak akan memahami ucapan Anda dengan baik dan bisa memikirkan suatu cara yang tepat sendiri.

Bahan pertimbangan
Konten Chai's Play tidak hanya terbatas diterapkan oleh ibu saja. Ayah, anggota keluarga lain, pengasuh dan para pendidik PAUD bisa mempraktikkannya juga.
Bagikan artikel ini kepada orang-orang yang Anda sayangi.
Copy link
Bagaimana dengan konten ini?