MasukDaftarHalaman Saya
Pengasuhan Anak
Bayi Anda yang Senang Makan~! Apakah Anda sudah Mengatur Pola Makan yang Sehat untuk Bayi Anda?
Komentar 1
Dibaca 7047
Bagikan artikel ini kepada orang-orang yang Anda sayangi.
Copy link
Sebagai ibu, melihat anaknya memiliki kebiasaan makan yang banyak merupakan hal yang membahagiakan. Sambil berkata ‘wah, kamu makannya hebat ya nak!,’ rasanya Anda ingin memberikan makanan yang lebih banyak, dan menambah makanan bayi saat terasa kurang, ini merupakan hal yang wajar yang dirasakan seorang ibu. Tetapi, sekarang ini, obesitas pada bayi tengah menjadi isu, dimana seiring berkembangnya kehidupan sosial, tingkat obesitas pada anak juga semakin meningkat.

Agar terhidar dari obesitas, biasanya orang dewasa melakukan olahraga dan menjaga bentuk tubuhnya sendiri, tetapi kesadaran orangtua akan kemungkinan anak mengalami obesitas sangatlah kurang. Sambill berpikiran, anak-anak kalau makan banyak itu tidak akan gemuk’, ‘kegemukan yang muncul sejak kecil, nanti juga langsing sendiri saat anak tumbuh besar’, karena itu Anda memiliki kebiasaan memberikan makan yang berlebihan kepada anak. Namun, apakah Anda tahu bahwa kegemukan yang muncul sejak kecil justru sebenarnya dapat berlanjut menjadi kondisi tubuh yang mudah gemuk saat anak tumbuh besar nanti?

1. Cara menghitung tingkat obesitas

Umumnya, memeriksa pertumbuhan bayi dapat dilakukan dengan cara mengukur nilai persentil dari persebaran tinggi dan berat badan berdasarkan jenis kelamin dan usia bayi. Periksalah anak Anda berada di nilai persentil berapa untuk memperkirakan kondisi dan arah pertumbuhan anak. Membandingkan pengukuran pada populasi yang setara menunjukkan bahwa nilai persentil di atas 95 dapat dikategorikan sebagai obesitas. Mengukur tingkat obesitas anak dapat dengan menghitung kadar obesitas. Berdasarkan rumusan tersebut, jika hasil persentase menunjukkan nilai di bawah 10% maka dapat dikategorikan sebagai kurus, 10% menunjukkan berat badan normal, 10-20% menunjukkan kelebihan berat badan/kecenderungan obesitas, lebih dari 20% menunjukkan obesitas, dan jika lebih dari 30% dapat dilihat sebagai obesitas yang tinggi.

[Tingkat obesitas: Obesitas = (Berat badan yang sebenarnya – Berat badan ideal) / Berat badan ideal * 100]

Ada cara penghitungan obesitas yang lainnya. Yaitu disebut dengan ‘Kaup Index’. Indeks ini banyak digunakan untuk menentukan tingkat obesitas pada anak usia di bawah 5 tahun, dan khususnya usia dibawah 2 tahun. Berikut adalah cara penghitungan Kaup index.

[Kaup Index = Berat badan (gr) / Tinggi Badan (cm) * Tinggi Badan (cm) * 10]

Menghitung indeks ini harus dengan menggunakan satuan gram pada berat badan dan sentimeter pada tinggi badan. Contohnya, anak memiliki berat badan 12,8 kg dan tinggi 82 cm. Lalu ukurlah indeks dengan satuan berat badan menjadi 12800 (gram), dan tinggi 82.

12800 / 82 * 82 * 10

Indeks menunjukkan hasil 19,03, Anda dapat membandingkan nilai indeks ini pada standar patokan di bawah ini.

Nilai index pada anak usia di bawah 1 tahun: <15: gizi buruk / 15~18: normal / 18~20: kecenderungan obesitas / >20: obesitas
Nilai index pada anak usia 1 - 2 tahun: <14: gizi buruk / 14~17: normal / 17~18.5: kecenderungan obesitas / >18.5: obesitas

Nila 19,03 menunjukkan bahwa anak tergolong ke dalam kategori obesitas. Tetapi, karena ini cara pengukuran yang sederhana, dan jika Anda ingin mengetahui pengukuran yang tepat dengan kondisi anak yang sebenarnya, sebaiknya Anda mengunjungi rumah sakit anak untuk mendapatkan pemeriksaan lebih lanjut.

Hal yang perlu diperhatikan adalah ketika anak pernah dikategorikan sebagai anak yang obesitas, maka ketika anak tumbuh dewasa, ia dapat memiliki kecenderungan memiliki tingkat obesitas yang tinggi. Dengan kata lain, obesitas di masa kanak-kanak dapat berlanjut pada masa dewasanya nanti. Masa kanak-kanak merupakan masa dimana jumlah sel lemak yang terdapat pada tubuh sedang meningkat pesat. Sehingga, obesitas pada anak tidak hanya ditunjukkan dengan bentuk sel lemak yang semakin besar saja tetapi juga jumlah sel lemak yang semakin meningkat. Jika besar dan jumlah sel lemak semuanya meningkat maka untuk mengontrol pola diet makanan akan menjadi sulit. Untuk mengembalikan berat badan menjadi normal, diperlukan penanganan khusus. Oleh karena itu, bagaimana caranya mengatur berat bada anak Anda?

2. Mengatur pola makan

Saat Anda sudah mengajarkan pola makan yang teratur dan memberikan makanan yang tidak memicu kegemukan, tetapi anak mulai terbiasa dengan camilan atau makanan yang manis maka secara perlahan Anda perlu mengurangi kebiasaan anak tersebut. Jika hari ini Anda memberikan makanan manis sebagai camilan anak, bukanlah hal yang baik jika dari awal Anda menyediakan semua makanan yang manis kepada anak, tetapi hanya memberikan dengan jumlah yang sedikit dan berkata "makan segini saja ya". Saat memberikan camilan, sejak awal tunjukkanlah camilan dalam jumlah yang sedikit sehingga dapat membantu mengurangi jumlah camilan tanpa menyakiti perasaan anak Anda. Pikirkan baik-baik saat memilih camilan untuk anak, sebaiknya berikan makanan yang tidak memicu kegemukan pada anak.

Sebaiknya Anda membantu anak memperbaiki pola makan yang berlebihan, banyak makan makanan siap saji dan makanan olahan, melewatkan sarapan, makan camilan yang berlebihan, dan kebiasaan anak makan makanan yang asin. Jika anak sudah terbiasa dengan pola makan tersebut maka secara perlahan arahkan anak agar kembali ke pola makanan yang alami. Namun, bukan berarti untuk mengontrol berat badan anak, lalu asupan gizinya menjadi tidak seimbang, karena nantinya dapat muncul masalah pada pertumbuhan anak. Anda tetap perlu menjaga pola makan anak yang seimbang dengan cara mengurangi jumlah asupan kalori anak.

Tingkat obesitas yang sudah tergolong tinggi pada bayi dapat mengakibatkan tekanan darah tinggi, hiperlipidemia (kadar kolesterol tinggi), diabetes dan berbagai penyakit komplikasi lain pada anak, oleh karena itu, Anda sebaiknya mengarahkan anak untuk menurunkan berat badannya dengan sedikit membatasi jumlah makanan anak. Namun pada kasus dimana anak memiliki tingkat obesitas yang biasa saja, sebaiknya Anda mengarahkan dengan mengatur jumlah makan anak Anda yang sama dengan anak yang memiliki berat badan yang umum. Asupan makanan anak dalam sehari dapat ditunjukkan dengan besar atau kecilnya jumlah asupan bukan berdasarkan usia anak, dan berikut adalah cara menghitung asupan anak.

[Kebutuhan jumlah kalori dalam 1 hari = 1000 + (usia tahun * 100) = kalori]

3. Rencana pengaturan menu makan dan camilan

Jika sudah mengetahui berapa jumlah kalori yang dibutuhkan anak dalam sehari, sekarang mulailah mengatur pola makan anak Anda. Pada bayi, satuan kebutuhan kalori untuk berat badan bayi lebih banyak daripada orang dewasa, sehingga bayi tidak hanya makan sehari 3 kali tetapi juga setidaknya makan makanan camilan 2 kali dalam sehari. Sambil memberikan camilan di sela-sela jam makan anak secara teratur, Anda juga dapat menyediakan makanan sesuai dengan jumlah kalori yang dibutuhkan. Jumlah asupan camilan dalam sehari berdeda-beda berdasarkan usia anak, bentuk fisik, kemampuan pencernaan, nafsu makan, kebiasaan sehari-hari anak, sehingga dalam sehari energi yang cukup dibutuhkan oleh anak yaitu sekitar 10-15%. Pada pertengahan masa kanak-kanak, anak diberikan makan camilan pada jam 10 pagi dan jam 3 sore yaitu sehari 2 kali, di masa akhir usia kanak-kanak, dianjurkan anak diberikan camilan 1 kali di waktu siang, setidaknya berjarak 2 jam sebelum waktu makan selanjutnya agar tidak mempengaruhi jumlah makanan anak pada jam berikutnya.

* Anak usia 5-8 bulan

- Makanan lumat sebaiknya tidak diberikan langsung dalam jumlah yang banyak, di sela-sela makanan lumat, perlu juga tambahan asupan gizi lainnya yang dapat menyeimbangkan gizi bayi.

- Tentukan waktu makan camilan anak setidaknya sekali dalam sehari.

- Memberikan satu jenis makanan camilan dalam satu waktu sudah cukup.

- Sebaiknya berikan makanan yang disukai anak seperti pisang, apel, keju khusus bayi, ubi rebus dan sebagainya.

- Makanan yang dilembutkan dan dihancurkan baik untuk pencernaan anak.

- Kuning telur yang sudah direbus dicampur dengan susu bubuk, air, atau ASI, lalu suapi anak kira-kira sebanyak setengah sendok makan.

* Anak usia 9-12 bulan

- Dalam sehari, berikan 2-3 kali makanan camilan di sela-selam makanan lumat bayi Anda.

-Berikan camilan yang dapat membuat anak melatih kemampuan mengunyahnya sehingga baik untuk kekuatan gusinya.

- Perhatikan bahwa makanan seperti kiwi, kacang-kacangan, tomat, jeruk, madu yang dapat memunculkan rasa yang terlalu manis atau terlalu asin sebaiknya tidak dibiasakan sejak kecil.

- Bagus juga dengan memberikan makanan camilan organik, dan sebaiknya camilan anak lebih baik diberikan saat anak melewati usia satu tahun.

* Anak usia 12-18 bulan

- Masa perpindahan dari makanan lumat ke makanan lembik. Anak mulai dapat makan makanan orang dewasa seperti nasi, lauk, sup dan sebagainya.

- Sebaiknya berikan dua jenis camilan pada setiap sesi camilan.

- Anak sudah boleh minum susu UHT, berikan susu UHT kurang dari 500ml dalam sehari.

- Baiknya memberikan makanan camilan yang terbuat dari sayuran seperti jagung rebus, timun, kubis, brokoli, dan sebagainya.

- Jumlah aktivitas anak usia kurang lebih 18 bulan akan semakin meningkat. Saat ini, porsi makanan pada anak perlu diperbanyak sehingga anak dapat menerima asupan gizi yang cukup.

- Anak sudah dapat diberikan pisang dan ubi yang dicampur atau produk susu/yogurt yang dicampur dengan buah-buahan lainnya sebagai makanan camilan.

- Saat diberikan makanan camilan, anak malah merasa kekenyangan karena kebanyakan makan maka dapat menganggu waktu makan anak. Sebaiknya atur jumlah camilan anak.

* Anak usia 19-24 bulan

- Ikan yang banyak mengandung omega 3 atau kacang-kacangan dapat membantu perkembangan otak anak, gunakanlah bahan-bahan ini sebagai makanan camilan anak.

- Pada masa ini, anak mulai menentukan makanan kesukaannya, jika anak terbiasa dengan makanan rasa manis, pedas, asin, maka aturlah makanan anak agar tidak menjadi kebiasaan.

- Baik juga memberikan buah-buahan musiman yang kaya akan gizi kepada anak.

* Anak usia 24-36 bulan

- Setelah melewati usia 2 tahun, indra pengecap pada bayi sudah mulai berfungsi dengan sempurna, dan nafsu makan anak pun mulai meningkat.

- Anak sudah mulai tertarik dengan makanan-makanan camilan di pinggir jalan yang dilihatnya. Saat ini, perhatikan agar Anda belum memberikan makan makanan yang terlalu pedas.

- Berikan ubi, kentang, buah-buahan, salad, toast, gorengan, sayur atau roti yang mengandung kacang-kacangan dengan cukup.

* Anak di atas usia 36 bulan

- Otak mulai berfungsi dengan pesat, sehingga anak mulai memiliki selara makan yang serupa dengan orang dewasa.

- Makanan kesukaan anak mulai terlihat jelas, mulai sering menolak dan pilih-pilih makanan.

- Ketika anak sangat menolak untuk makan, daripada memaksa anak makan lebih baik menggunakan cara dengan mengganti kebutuhan gizi yang kurang dengan camilan.

- Jika anak tidak suka telur, carilah makanan pengganti yang mengangdung protein tinggi seperti tahu dan tempe dan dibuat sebagai camilan.

- Kurangi jumlah makanan olahan, dan juga makanan yang mengandung tepung.

4. Hal-hal yang perlu diperhatikan mengenai bahan makanan dan pola makan

* Anda harus selalu memperhatikan waktu makan anak secara teratur. Sehingga, anak dapat memiliki pola makan yang tetap dan menganggapnya seperti rutinitas sehari-hari.

* Tidak perlu terburu-buru saat makan, sebaiknya makanlah dengan pelan-pelan. Semakin anak makan dengan terburu-buru, maka akan berpengaruh pada fungsi pencernaan dan sulit untuk mengontrol jumlah asupan makanan.

* Usahakan agar anak makan dengan hati riang. Jika Anda memberikan banyak batasan saat anak makan justru anak bisa menjadi stres, dan dapat menolak untuk makan.

* Anda harus lebih waspada saat makan di luar rumah. Anda perlu memperhatikan apakah makanan yang dimakan anak mengandung lemak yang sedikit, memiliki gizi yang sesuai dengan usia anak, terlalu pedas atau asin, dan hindari agar tidak terlalu banyak makan.

* Anda perlu membuat perencanaan waktu pemberian camilan. Makanan camilan merupakan waktu anak menyerap kalori yang dibutuhkannya. Buatlah perencanaan yang sesuai seperti saat mengatur makan anak.

* Anda perlu memperhatikan bahan makanan dan cara memasaknya. Berikan makanan yang banyak mengandung serat dengan cukup sehingga dapat mengurangi rasa lapar. Pada saat proses memasak, jika makanan mengandung terlalu banyak lemak, Anda perlu menguranginya dan memperhatikan bahan makanan anak dengan seksama.

5. Mengatur jumlah aktivitas

Anak semakin besar semakin banyak melakukan aktivitas fisik, sehingga penting sekali untuk memikirkan perbaikan pada asupan makan dan jumlah energi yang tidak seimbang. Semakin banyak kalori yang dibakar tidak akan menyebabkan kegemukan pada seseorang, hal ini juga terjadi pada anak. Saat jumlah aktivitas anak semakin meningkat, berikanlah makanan yang cukup agar dapat berubah menjadi energi yang dapat digunakan anak. Pada awalnya, anak bisa saja menangis merengek. Tetapi, meskipun anak memiliki obsesi dengan makanan, obesitas pada anak perlu dihindari. Obsesi pada makanan juga bisa timbul karena bentuk kelekatan dengan orangtua yang kurang. Karena itu, berikanlah perhatian dan kasih sayang yang cukup kepada anak Anda.

Bahan pertimbangan
Konten Chai's Play tidak hanya terbatas diterapkan oleh ibu saja. Ayah, anggota keluarga lain, pengasuh dan para pendidik PAUD bisa mempraktikkannya juga.

Ringgaslebih dari 3 tahun yang lalu
17 bulan dan susah makan 😪😪😪...
Lihat komentar lain
Bagikan artikel ini kepada orang-orang yang Anda sayangi.
Copy link
Bagaimana dengan konten ini?