MasukDaftarHalaman Saya
Pengasuhan Anak
3 Cara berdialog Orangtua untuk Menumbuhkan Anak yang Berbakat
Dibaca 1336
Bagikan artikel ini kepada orang-orang yang Anda sayangi.
Copy link
Ketika anak berusia 5 tahun, para ibu akan mulai merasa terburu-buru. Banyak kekhawatiran seperti, ‘Anakku masih belum bisa membaca, bagaimana jika ia masuk sekolah?', ‘Gimana ya, anakku masih belum bisa penjumlahan dan pengurangan’, 'Bagaimana ini, anakku tidak pandai bergaul dengan teman-temannya’.

Sebaiknya Anda memberikan pengalaman bermain abjad, metematika dengan teman sebayanya ketika anak berusia 6 tahun. Hal ini dikarenakan pertumbuhan dan perkembangan otak pada periode ini, sekarang siap menerima apapun. Namun, makan dengan terburu-buru, akan selalu menyebabkan pencernaan terganggu.Tunggulah anak Anda dapat tumbuh sendiri perlahan-lahan selangkah demi selangkah.

Agar dapat melompat lebih tinggi dan lebih jauh, penting bagi anak Anda untuk mulai perlahan, di mulai dari satu pertanyaan, satu kata dorongan semangat dari Anda.

1. Ajukan pertanyaan yang mendorongnya untuk memilih

Ketika anak-anak memilih sendiri hal-hal yang ingin dilakukannya, mereka dapat merasa bahwa dirinya kompeten. Ini dikarenakan ia merasakan pemenuhan diri ketika mempraktikkan memilih sesuatu secara otonom dan dengan inisiatifnya sendiri.

Dorongan yang membuat anak memilih hal-hal yang ingin dilakukannya sendiri adalah "pertanyaan" dari Anda.

Daripada memaksa anak Anda untuk bermain permainan yang ibu inginkan, berikan dorongan dengan mengajukan pertanyaan apa permainan yang ingin dilakukan lakukan, bagaimana melakukannya dan kapan ia ingin melakukannya, sehingga ia dapat menjawab dan memutuskannya sendiri.

Contoh pertanyaan yang mendorong anak untuk memilih

“Hari ini kita main apa ya?”
“Apa permainan yang ingin dimainkan lebih dulu?”
“Sebaiknya bunda bantu bagaimana ya?”

2. Jadilah mentor konsultasi permasalahan anak

Anak-anak tumbuh satu langkah lebih maju melalui proses mengalami masalah besar atau kecil. Setiap anak mengalami hal itu, Ibu harus menjadi konselor permasalahan anak dan bukan menjadi pemecah masalah. Seringkali para ibu memberikan solusi terbaik bagi anak mereka untuk membuat anak merasa lebih nyaman dan lebih baik. Dengan begitu anak akan kehilangan kesempatan untuk berpikir dan memecahkan masalahnya sendiri.

Ibu harus menjadi konselor permasalahan anak. Jika Anda membaca perasaan anak dan banyak melakukan percakapan yang berempati, maka anak tidak lagi menganggap bahwa ibunya adalah pemecah masalah, namun sebagai konselor permasalahan yang dapat diajak berbicara dengan nyaman.

"Terima kasih sudah berdiskusi dengan bunda."

Ucapkanlah terima kasih jika anak memberitahukan pada ibu tentang kesulitan yang ia rasakan, meskipun itu adalah hal yang sepele. Ia akan berbagi pikiran dan perasaannya lebih banyak pada ibu.

3. Ajarkan pengetahuan baru ketika anak Anda sudah siap.

Ben Furman, seorang psikoterapis terkenal asal Finlandia, mengatakan bahwa bukanlah anak yang membawa masalah, namun ada keterampilan yang belum dikuasainya. Masalah perilaku yang ditunjukkan oleh anak, bukanlah karena anak memiliki masalah kepribadian atau otak, melaikan karena mereka belum mempelajari keterampilan baru tersebut. Jika anak Anda terlihat mengalami kesulitan tentang sesuatu, katakanlah seperti ini.

"Sepertinya sudah waktunya bagi Chai untuk belajar hal yang baru."

Ketika anak mempelajari hal baru, penting agar anak tidak merasa terbebani. Jika ibu bereaksi seperti ini, dan anak menunjukkan respon negatif, istirahatlah sebentar, lalu ajarkan ketika muncul tekad di dalam diri anak Anda.

Bahan pertimbangan
Konten Chai's Play tidak hanya terbatas diterapkan oleh ibu saja. Ayah, anggota keluarga lain, pengasuh dan para pendidik PAUD bisa mempraktikkannya juga.
Bagikan artikel ini kepada orang-orang yang Anda sayangi.
Copy link
Bagaimana dengan konten ini?