MasukDaftarHalaman Saya
Tips Permainan
Kakak dan Adik yang Sering Bertengkar, Bantulah Agar Mereka Bisa Bermain dengan Akur
Dibaca 5117
Bagikan artikel ini kepada orang-orang yang Anda sayangi.
Copy link
Orangtua yang memiliki lebih dari satu anak selalu galau akan hal ini. Bagaimanakah cara membangun hubungan yang damai antara kakak dan adik yang selalu bertengkar?

Bagi anak-anak kecil, konsep ‘tenggang hati’, ‘mengalah’, ‘kerja sama’ merupakan konsep yang sulit dimengerti, meskipun orang dewasa sudah terbiasa dengan konsep-konsep tersebut. Terutama di saat perkembangan konsep kepemilikan belum sepenuhnya tumbuh, bagi mereka, tidak ada hal yang namanya ‘milikku’ dan ‘milikmu’. Ketika ia melihat benda yang ia suka, ia akan menganggap itu hanyalah miliknya saja, tanpa memikirkan orang lain atau mengalah.

Karena itu, sangat wajar jika ada situasi di mana dua anak akan bertengkar memperebutkan mainan yang jelas-jelas sama.

<Kasus>

Saya ibu dari 2 orang anak laki-laki. Anak kedua saya dulu tidak begini, tetapi akhir-akhir ini ia selalu merampas semua benda, terutama mainan yang sedang dimainkan oleh abangnya. Karena mainannya selalu direbut, setiap hari abangnya selalu merasa tidak adil dan kesal, dan ia pun jadi sering mendorong adiknya, merampas mainannya kembali lalu kabur, dan selalu membuat adiknya menangis meraung-raung.

Konsep kepemilikan dimulai seiring dengan perkembangan kesadaran diri

Pada umumnya, setelah lewat usia 14 bulan, kesadaran dirinya akan tumbuh, dan ia hanya akan mengerti konsep 'milikku' saja. Semakin bertambah usianya, kesadara diri ini akan semakin kuat diiringi dengan perkembangan fisik yang pesat juga, tetapi tidak demikian dengan perkembangan konsep kepemilikannya.

Karena itu, jika sebelumnya, anak terlihat baik-baik saja, tapi suka merampas dan merebut mainan kakaknya akhir-akhir ini, sebetulnya adalah fenomena yang wajar.

Bagaimana cara mendorong kakak beradik untuk bermain bersama dengan akur?

1. Bagikan mainan dengan sama.

Pada umumnya, setelah anak menginjak usia 3 tahun, barulah ia bisa belajar menunggu/mengantri untuk memainkan sesuatu. Jika usia anak-anak masih sangat kecil, membagi/memberi mainan yang sama kepada keduanya merupakan cara yang baik untuk menghindari dimulainya pertengkaran. Jika situasi tidak memungkinkan untuk memberikan dua mainan yang sama, atau tidak mungkin untuk membagi satu mainan menjadi dua, berikanlah mainan tersebut kepada anak saat kakak atau adiknya tidak ada di sana, atau tawarkan alternatif mainan lain kepada kakak atau adiknya.

2. Berikan peran yang berbeda.

Jika jarak usia antara kakak dan adik besar, meskipun Anda ingin membuat mereka main bersama, pasti Anda kesulitan, karena level permainan yang dapat dilakukan kakak dan adik sama sekali timpang. Jika demikian, Anda perlu menawarkan peran yang berbeda kepada setiap anak saat bermain. Misalnya, jika si kakak ingin bermain dokter-dokteran, maka Anda bisa menawarkan si kakak untuk menjadi dokter, dan si adik untuk menjadi pasiennya. Saat sedang melukis atau membuat kerajinan tangan, maka berikan kakak 'misi' yang lebih sulit daripada adiknya. Yang penting adalah, semua pihak merasakan 'keberhasilan atas peran yang dipegangnya masing-masing', dan menikmati permainan. Dalam permainan yang sama, memberi peran yang berbeda dapat membantu anak-anak untuk merasakan pemenuhan diri dan pencapaian, juga kenikmatan saat bermain, sesuai dengan usia mereka masing-masing.

3. Latihlah anak-anak untuk mengantri sesuai giliran.

Meskipun bayi masih belum betul-betul paham tentang konsep kepemilikan, semakin besar usianya, perlu latihan untuk membiasakan dirinya dengan konsep tersebut. Dengan bimbingan orang dewasa, umumnya anak usia 3-4 tahun sudah mulai bisa melakukan perilaku mengalah dan menunggu gilirannya. Yang penting adalah, buatlah anak-anak untuk sepakat bahwa mereka akan mematuhi aturan main dengan adil. Contohnya, jika aturan mainnya adalah satu mobil-mobilan boleh dimainkan selama 5 menit secara bergiliran, maka jika kakak tidak mematuhi aturan tersebut, ia akan kehilangan giliran selanjutnya. 

4. Ajarkanlah ekspresi seperti "boleh pinjam nggak?", atau "terima kasih".

Saat bermain, daripada langsung merampas atau merebut mainan kakak/adik, jadilah panutan dan ajarkanlah anak untuk berkata "boleh pinjam nggak?" dan saat kakak/adiknya mengalah, ekspresikan juga kata-kata "terima kasih". Saat anak memperlihatkan sosok yang mengalah, jangan lupa berikan pujian dan dukungan terhadap tingkah lakunya agar ia tahu bahwa ia telah melakukan hal yang baik dengan mengalah.

Tetapi, jangan terlalu memaksakan anak untuk mengalah. Meskipun ia tidak mau meminjamkan mainannya, hormatilah pemikirannya tersebut, dan perlihatkan respon yang lebih antusias saat ia pada akhirnya bersedia mengalah.

Pertengkaran antara kakak-beradik adalah kesempatan untuk membantu meningkatkan perkembangan sosial mereka!

Meskipun anak-anak Anda bertengkar setiap hari, pertengkaran itu akan menjadi pengalaman berharga bagi mereka untuk belajar menyelesaikan masalah, perselisihan, dan persaingan. Tentu saja, saat bayi masih terlalu kecil dan tingkat tumbuh kembang mereka masih belum pada tahap untuk bisa menyelesaikan perselisihan, penting untuk mengantisipasi situasi-situasi yang berpotensi timbulnya pertengkaran. Tetapi, saat anak menginjak usia 3-4 tahun, Anda harus mengajarkan anak secara berulang untuk bisa memahami konsep giliran, mengalah, tenggang hati, dan kerjasama.

Meskipun penting untuk mencegah agar anak-anak tidak sampai bertengkar, yang lebih penting adalah bagaimana menyelesaikan perselisihan yang terjadi antara mereka. Jadilah mediator yang hebat dengan berpikir bahwa pertengkaran dan konflik sepele antara kakak beradik, juga merupakan kesempatan bagi mereka untuk tumbuh dengan lebih baik.

Bahan pertimbangan
Konten Chai's Play tidak hanya terbatas diterapkan oleh ibu saja. Ayah, anggota keluarga lain, pengasuh dan para pendidik PAUD bisa mempraktikkannya juga.
Bagikan artikel ini kepada orang-orang yang Anda sayangi.
Copy link
Bagaimana dengan konten ini?