MasukDaftarHalaman Saya
Pengasuhan Anak
Melatih Anak Menjadi Mandiri
Dibaca 633
Bagikan artikel ini kepada orang-orang yang Anda sayangi.
Copy link
Orang dewasa yang hanya ingin menjadi anak-anak saja ini biasa disebut sebagai ‘Sindrom Peter pan’. Pada zaman modern ini, banyak juga kasus orang dewasa yang mengalami sindrom ini karena secara emosi, mereka tidak berhasil mandiri dari orangtuanya.

Si kecil yang cenderung lambat dan lelet… Seringkali Anda dibuat tidak sabaran dengan setiap tingkah lakunya, akhirnya Anda pun yang tidak betah menunggu, dan mengambil peran sebagai ‘pemecah masalah’. Anak akan beranggapan bahwa bukannya ia tidak bisa melakukan tugasnya, tapi ia akan berpikir bahwa tidak apa-apa jika tidak melakukannya, karena pasti ada ayah dan ibunya yang akan selalu menyelesaikan segalanya. Hal ini dapat menyebabkan anak tidak bisa mengembangkan kemampuan dirinya sendiri.
Jika hal ini terus berlanjut, secara emosi, anak akan sulit untuk berdikari dari orangtuanya.

Pendidikan orangtua zaman modern yang berpengaruh terhadap maraknya ‘sindrom peter pan’

Pada zaman modern ini, banyak orang dewasa yang masih tinggal bersama keluarganya, mulai bekerja pada usia yang sudah tergolong lambat, atau walaupun sudah menikah tapi belum bisa mandiri secara ekonomi maupun emosional. Lingkungan sosial dapat menjadi salah satu faktor penyebab fenomena ini.

Jika anak sering menerima pujian yang berlebihan dan menganggap bahwa ia pasti mendapatkan segala yang diinginkannya dengan mudah, maka kemungkinan anak akan tumbuh dengan kurangnya kesadaran diri untuk mencoba tantangan, keberanian dan usaha untuk mengalahkan kegagalan dan rasa frustrasi, serta kurangnya kesabaran.

Tips mendorong si kecil untuk menjadi anak yang mandiri

1. STOP melakukan semua hal yang seharusnya dilakukannya sendiri!

Biarkan anak melakukan sendiri tugas-tugas yang kecil. Jika orangtua membantu tugas yang seharusnya dilakukan sendiri oleh anak, seperti menyikat gigi, membasuh muka, makan, memakai kaos kaki, menggendong tasnya sendiri serta keterampilan dasar lainnya, hal inilah yang dapat menyebabkan anak sulit untuk berdikari. Walaupun anak masih kaku dan tidak meyakinkan, tapi berikanlah kesempatan kepada anak untuk melakukan tugas-tugasnya sendiri!

2. Taati aturan yang telah dirancang bersama anak secara konsisten

Buatlah aturan sehari-hari yang harus dipatuhi oleh anak! Anda dapat mendiskusikan bersama anak dalam membuat aturan ini, misalnya, anak boleh bermain selama 30 menit di taman/lapangan setelah pulang sekolah, sesampainya di rumah anak harus meletakkan tas pada tempatnya, mencuci tangan dan kaki, makan di meja makan serta aturan sederhana lainnya.

3. Pujilah keberhasilan anak

Pujilah hal-hal yang berhasil anak lakukan sendiri. Berikanlah kesempatan kepada anak untuk bisa melakukan tugas-tugas mudah sendiri, seperti menyiapkan sendok dan garpu pada jam makan, meletakkan piring kotor pada baskom cuci piring, meletakkan kembali buku pada tempatnya, merapikan rak sepatu sendiri, dsb. Anak yang melakukan tugasnya sendiri dapat merasakan pemenuhan diri dan juga meningkatkan harga dirinya.

4. Bersabarlah dan tunggu sampai anak bisa

Wajar saja jika orang dewasa merasa tidak yakin dengan kemampuan anak dan menganggapnya lambat. Agar anak dapat merasakan pemenuhan diri atas usahanya, berikanlah waktu yang leluasa kepada anak agar bisa berpikir dan berinisiatif mengungkapkan hal yang ingin dilakukannya sendiri.

5. Berikan pengalaman kepada anak untuk membereskan barangnya sendiri

Membuat peraturan dan memisahkan barang-barang sesuai peraturan dalam kegiatan membereskan barang dapat membantu daya ingat dan konsentrasi anak. Jelaskan kepada anak pentingnya membereskan barang dan doronglah agar anak dapat melakukannya sendiri!

Tips 1 > Saat membereskan mainan, biarkan anak memisahkan sendiri mainan-mainan pada tempat yang sudah ditentukan

Ibu : Chai, mau menaruh mainan apa saja di wadah merah, wadah kuning dan wadah biru ini?
Chai : Mainan masak-masakan di wadah merah, blok di wadah kuning, boneka di wadah biru
Ibu : Boleh. Kalau begitu, ayo Chai masukkan mainan-mainannya ke dalam wadah.
Chai : Iya, Bunda!

Tips 2 > Bantulah agar anak dapat merancang aturannya sendiri dalam membereskan barang

Ibu : Bukunya ada banyak sekali, jadi sulit untuk menemukan buku yang mau dibaca. Chai lihat nggak bukunya?
Chai : Iya, nggak kelihatan Bun!
Ibu : Kalau begitu, bagaimana kalau kita rapikan buku-bukunya seperti perpustakaan. Rak paling bawah untuk buku-buku Adek dan rak atas untuk buku-buku Chai, gimana?
Chai : Buku Chai taruh di sini, buku dongeng punya Adek taruh di sini!
Ibu : Bagus!! Kalau gitu, buku Bunda taruh dimana?
Chai : Di atas meja.. Terus, buku yang belum dibaca taruh di sini aja!
Ibu : Ide yang bagus Chai! Ternyata Chai jago sekali dalam merapikan buku.

Tips 3 > Berikan pujian setelah anak berhasil membereskan barang sendiri

Ibu : Wah, Chai makannya habis! Hebat sekali!
Chai : Sekarang Chai sudah makin tinggi!
Ibu : Betul… Berkat nasi yang dimakan oleh Chai dan Bunda yang menyiapkan makanan, badan Chai jadi semakin tinggi dan sehat selalu.
Chai : Terimakasih Bunda!
Ibu : Chai yang hebat, gimana kalau sekarang Chai bantu Bunda menaruh piring-piring kotor ini ke dalam baskom cucian? Kalau Chai bisa mengambil sisa-sisa nasi yang berserakan di lantai dan buanglah, terus lap mejanya dengan tisu, Bunda pasti akan merasa bahagia sekali.

Bahan pertimbangan
Konten Chai's Play tidak hanya terbatas diterapkan oleh ibu saja. Ayah, anggota keluarga lain, pengasuh dan para pendidik PAUD bisa mempraktikkannya juga.
Bagikan artikel ini kepada orang-orang yang Anda sayangi.
Copy link
Bagaimana dengan konten ini?