MasukDaftarHalaman Saya
Tips Permainan
‘Anak yang Tidak Suka Matematika’ vs. ‘Anak yang Suka Matematika’, Anak Anda Tipe yang Mana?
Dibaca 1226
Bagikan artikel ini kepada orang-orang yang Anda sayangi.
Copy link
Melalui permainan dan percakapan yang simpel pun, Anda dapat menanamkan konsep matematika kepada si kecil!

Apa matematika itu sulit?

Matematika bukanlah sekedar duduk manis sambil menambah dan mengurangi angka. Jika orangtua mengajarkan matematika melalui permainan, anak pun akan lebih mudah mempelajarinya. Melalui permainan dan percakapan sehari-hari yang sederhana mengenai konsep matematika, tanamkanlah konsep dasar matematika yang kuat kepada anak!

Permainan matematika, mengapa penting?

[1] Kemampuan memandang dunia yang luas, perkembangan ‘kreativitas’

Seorang psikolog Amerika ternama bernama Torrance mengatakan bahwa periode kritis perkembangan kreativitas anak-anak akan muncul pada usia sekitar 4 - 5 tahun di mana pada masa ini, daya imajinasi yang diperlukan dalam mengembangkan kreativitas anak pun sedang berada di puncak. Kreativitas dianggap memerlukan ‘pelatihan’ yang intensif. Agar kreativitas anak dapat terus berkembang melalui pola pikir yang kompeten, manfaatkanlah media-media yang dapat merangsang kreativitas anak seperti benda yang bertemakan warna, bentuk atau konsep-konsep matematika lainnya.

Daya kerja indra penglihat anak akan semakin meningkat sejak anak memasuki masa prasekolah, sehingga konsep matematika pun dapat mulai dikenalkan kepada anak.

Kegiatan mencari perbedaan atau mengelompokkan bentuk-bentuk yang ada memang seperti kegiatan yang sepele, tetapi apabila dilakukan secara terus menerus, anak dapat mengubah konsep dasar yang sebelumnya ia ketahui atau bahkan dapat menemukan suatu konsep yang baru sehingga mempengaruhi perkembangan kreativitas anak.

[2] Kemampuan berpikir, perkembangan ‘penalaran’

Anak yang pandai dalam melakukan ‘penjumlahan dan pengurangan’ angka bukan berarti terjamin memiliki kemampuan penalaran matematika yang bagus. Kemampuan berpikir secara konkrit dan abstrak, serta kemampuan pemecahan masalah yang digunakan selama proses bermain secara alami dapat meningkatkan kemampuan penalaran matematika anak. Sama seperti kreativitas, kemampuan berpikir anak akan semakin berkembang bergantung usaha dan pengalaman anak saat menerima rangsangan matematika.

Permainan matematika seru untuk ibu dan anak, mulailah dari kegiatan berikut ini!

[1] Puzzle kayu (tangram)

Permainan konsep matematika umumnya dimulai dari ketertarikan akan bentuk dan warna. Mengobservasi warna dan bentuk dapat menjadi dasar dari kemampuan penalaran matematika anak. Permainan dengan puzzle kayu (tangram) tidak hanya mengajarkan warna dan bentuk saja, tapi juga dapat meningkatkan perkembangan otak anak. Permainan puzzle kayu ini sudah ada sejak 2000 tahun lalu di negara China dan merupakan permainan bentuk kesukaan setiap orang sejak zaman dahulu kala. Menyusun 7 potongan puzzle berbagai bentuk dapat meningkatkan daya konsentrasi anak dan meletakkan potongan puzzle yang warna warni ini dapat mendorong kreativitas dan kemampuan estetika serta bermanfaat bagi perkembangan kognitif anak.

[2] Permainan mencari bentuk

Permainan untuk mengenal ciri-ciri suatu objek dapat dilakukan dengan cara bermain mencari bentuk dari benda-benda yang ada di sekitar. Bermain mencari bentuk-bentuk seperti bentuk lingkaran, kotak, segitiga dan bentuk dasar lainnya ini dapat mendorong kemampuan observasi dan penelitian pada anak.

[3] Permainan mengelompokkan/membandingkan benda

Ketika anak mulai menyukai objek-objek yang ada di sekitarnya, bermain mengelompokkan benda sesuai ciri-cirinya dapat mengembangkan kemampuan penalaran matematika anak. Bermain mengelompokkan atau membandingkan bentuk, warna, ukuran benda-benda yang ada dapat melatih anak untuk memahami aturan bermain dan juga dapat menanamkan konsep dasar matematika yang kuat di dalam diri anak.

Tips dialog untuk merangsang perkembangan kemampuan penalaran matematika anak yang dapat dipraktikkan dalam kehidupan sehari-hari

[1] Jam makan

  • Membandingkan bentuk: “Piring ini bentuknya lingkaran ya. Telur mata sapi juga bentuknya lingkaran ya,”
  • Jumlah: “Coba taruh 5 potongan brokoli di atas piring, nak!”
  • Letak: “Boleh tolong ambilkan sendok yang ada di sebelah kiri kamu, nak?”
  • Kelompok: “Pizzanya tinggal 4 potong. Supaya semuanya bisa makan, kita harus bagi pizzanya jadi berapa?”

[2] Saat mengapresiasikan buku cerita bergambar

  • Ukuran/besar: “Binatang mana yang paling besar?”
  • Berhitung: “Gambar buah-buahannya ada berapa?”
  • Urutan: “Ayah yang pertama naik ke mobil, lalu yang kedua Bunda.”

[3] Jam mandi

  • Panjang: “Tangan Bunda lebih panjang daripada tanganmu!”
  • Aturan/pola: “Chai dan Bunda mencuci tangan secara bergantian ya!”
  • Konsep waktu: “Kita keluar 5 menit lagi ya!"

Bahan pertimbangan
Konten Chai's Play tidak hanya terbatas diterapkan oleh ibu saja. Ayah, anggota keluarga lain, pengasuh dan para pendidik PAUD bisa mempraktikkannya juga.
Bagikan artikel ini kepada orang-orang yang Anda sayangi.
Copy link
Bagaimana dengan konten ini?