MasukDaftarHalaman Saya
Pengasuhan Anak
7 Prinsip Pengasuhan Untuk Membesarkan Anak yang ‘Cerdas dan Bahagia’
Dibaca 3782
Bagikan artikel ini kepada orang-orang yang Anda sayangi.
Copy link
Terkadang ayah dan ibu berpikir tentang bagaimana caranya membesarkan si kecil menjadi anak yang ‘cerdas dan bahagia’. Anda berharap anak dapat merasakan kebahagiaan melalui perasaan yang santai dan hal-hal yang ringan, namun dalam waktu yang bersamaan, ia pun dapat menjadi seseorang yang berhasil dalam bekerja dan belajar, sehingga dapat berkontribusi dalam kehidupan bermasyarakat. Alangkah bahagiannya kalau anak Anda dapat tumbuh besar seperti ini.

Berikut ini adalah beberapa prinsip pengasuhan untuk membesarkan anak yang cerdas dan bahagia!

1. Hargailah rasa penasaran anak dan ikutilah motivasi dan rasa penasaran tersebut.

Saat anak berusaha meresap suatu hal dan menyimpannya di kepala, itu berarti ia sedang tertarik terhadap hal tersebut.

2. Ibu tidak boleh depresi.

Bukanlah hal yang tepat jika seorang ibu memaksakan diri melakukan prinsip pengasuhan anak yang sebetulnya tidak dapat dihadapi dengan baik. Stimulus yang diberikan oleh ibu yang sedang depresi tidak akan memberikan efek yang baik kepada anak. Oleh karena itu, Anda pun perlu berusaha untuk mendapatkan kebahagiaan Anda sendiri.

3. Manfaatkan alat-alat bermain yang tidak biasa - benang wol, kertas, daun, wadah, dsb.

Bermain menggunakan alat-alat yang tidak biasa dapat mendorong anak turut serta membuat sendiri suatu permainan. Daripada memberikan mainan yang sudah jadi, lebih baik berikanlah alat-alat yang dapat membantu memperluas ide pemikiran anak. Proses membuat sesuatu dengan tangannya sendiri dapat membangun kemampuan anak menguraikan secara detail dan berkonsentrasi terhadap suatu kegiatan.

4. Mulailah dari memperhatikan emosi anak. Setelah itu, baru kemampuan kognitifnya!

Mulailah dengan mematangkan emosi anak terlebih dahulu. Maka dari itu, kelekatan dan harga diri anak sangatlah penting. Emosi memiliki peran sebagai tulang belakang bagi anak. Jika emosi anak tidak stabil, rasa keinginan pun tidak akan muncul dan membuat anak malas belajar. Berdasarkan hasil penelitian, otak yang memproses emosi akan menerima rangsangan dari luar, lalu rangsangan tersebut dipindahkan ke dalam otak yang memproses kognitif seseorang. Dengan kata lain, otak yang memproses emosi merupakan jalur pertama yang akan dilalui oleh rangsangan dari luar. Oleh karena itu, berempatilah dan pahamilah emosi anak terlebih dahulu!

5. Tekanlah pentingnya sentuhan dan jangan sampai terlewatkan!

Secara psikologis, kulit merupakan ‘otak’ yang terlihat dari luar. Menepuk dan memeluk hangat dilakukan melalui sentuhan kulit, tetapi sebetulnya aktivitas ini dapat membantu perkembangan otak. Kontak fisik sangatlah penting agar anak dapat tumbuh dengan sehat. Pada masa kanak-kanak, tentu saja hal yang terpenting adalah ‘kestabilan emosi’ anak.

6. Bersikaplah dengan tegas ketika melarang anak!

Orangtua tidak mungkin selalu menerima dan menanggapi tantrum anak setiap saat. Secara perlahan, anak pun harus bisa memahami dan menerima ucapan ‘Tidak boleh’. Pengalaman berkecil hati pun perlu dirasakan oleh anak sewaktu kecil. Setelah melewati usia 30 bulan, orangtua perlu menegaskan mana yang boleh dan mana yang tidak diperbolehkan kepada anak. Berikanlah pujian dan semangat saat anak melakukan sesuatu yang diperbolehkan, tapi berikanlah alternatif lain ketika anak ingin melakukan sesuatu yang dilarang dan usahakan agar anak tidak merasa malu dan juga merasa bersalah.

7. Mintalah anak untuk mengerjakan tugas rumah secara bertahap!

Ajari anak cara melepas pakaian sendiri, membereskan mainan sendiri, memilah dan membuang sampah! Ketika anak sudah lancar melakukan berbagai aktivitas sendiri, maka kepercayaan dirinya pun akan semakin meningkat.

Bahan pertimbangan
Konten Chai's Play tidak hanya terbatas diterapkan oleh ibu saja. Ayah, anggota keluarga lain, pengasuh dan para pendidik PAUD bisa mempraktikkannya juga.
Bagikan artikel ini kepada orang-orang yang Anda sayangi.
Copy link
Bagaimana dengan konten ini?