Q1. Mengapa anak saya yang tadinya sudah pintar buang air di toilet, sekarang kembali menolak masuk ke toilet?
A. Anak yang belajar toilet training terlalu dini awalnya sudah bisa buang air di toilet, namun saat ia bertambah besar ada juga situasi di mana ia tidak mau buang air di toilet.
Ketika anak menjadi stres karena tiba-tiba muncul perubahan pada lingkungan sekitarnya, seperti lahirnya adik atau mulai belajar di TK/playgroup, ini dapat mengakibatkan anak kembali ke keadaan yang sebelumnya. Situasi ini dapat membaik jika orangtua sering memberikan pelukan hangat dan kasih sayang yang lebih kepada anak..
Pada kasus anak yang merasa kurang mendapatkan perhatian dari orangtua, ia dapat dengan sengaja menunjukkan perilaku bermasalah untuk menarik perhatian orangtua. Saat seperti ini, jangan terlalu menghiraukan perilaku bermasalah anak dan lebih banyak berikanlah perhatian dengan mengajarkan perilaku yang baik kepada anak.
Ada tipe anak yang takut dengan toilet. Banyak alasan anak takut dengan toilet misalnya karena tidak terbiasa dengan kamar mandi, kesulitan saat naik dan turun dari bangku toilet, atau takut dengan suara air flush toilet. Anda perlu menemukan penyebab ketakutan anak, lalu berikan permainan seru untuk mengurangi ketakutannya. Jika anak takut dengan suara air yang mengalir di toilet, berikan ekspresi seperti "waa, toiletnya berbunyi buuuung kayak bunyi kentut ya!! Coba dengar deh?!" dan berikan bunyi-bunyi seru lainnya. Jika anak takut jatuh karena bangku toilet yang besar maka bantulah anak dengan memegang tangan anak saat sedang buang air atau dapat juga dengan cara mengalasi toilet duduk dengan alas dudukan toilet khusus anak-anak.
Q2. Sejak kecil anak saya terlalu sensitif dan agak lambat sehingga saat ini ia belum bisa buang air di toilet, bagaimana cara mengatasinya? Padahal masa belajar toilet training-nya sudah lewat.
A. Yang terpenting adalah Anda tidak menekan anak. Tentu saja seiring berjalannya waktu, Anda pasti merasa khawatir karena anak belum juga bisa buang air di toilet. Tetapi, bukan berarti memaksa dan memarahi anak dapat membuat anak mau buang air di toilet.
Sulit buang air kecil dapat diakibatkan oleh kantung kemih atau kondisi fisik anak yang belum matang, sedangkan sulit buang air besar biasanya karena pengaruh dari faktor psikologis anak. Jika aktivitas buang air itu sendiri menjadi beban dan anak merasa takut, maka sudah pasti proses belajar buang air kecil di toilet akan semakin terhambat.
Tidak ada waktu yang pasti dalam mengajarkan toilet training. Waktu yang tepat yaitu waktu dimana anak dapat berhasil sendiri melakukan toilet training. Jangan memberikan beban kepada anak dan buatlah anak merasa nyaman saat buang air di toilet. Hal pertama yang harus dilakukan yaitu tunjukkan pujian dan kasih sayang sehingga membentuk keberanian pada diri anak. Lalu, penting sekali memberitahukan anak bahwa buang air itu merupakan hal yang wajar dan bukanlah hal yang memalukan. Anda dapat memberikan dongeng atau cerita menarik yang berkaitan dengan kotoran misalnya. Lakukan cara ini dengan perlahan sampai anak terbiasa dan nyaman buang air. Saat kondisi anak mulai stabil, baru cobalah mengajarkan anak buang air di dalam toilet.
Q3. Anak saya sudah mulai terbiasa buang air saat di rumah, tetapi bagaimana dengan saat di luar rumah? Apa anak saya bisa menggunakan toilet umum?
A. Pada masa toilet training, bukan berarti anak yang sudah bisa lepas popok di dalam rumah berarti berhasil. Toilet training dapat dikatakan berhasil jika anak dapat buang air di toilet dan memakai kembali pakaiannya sendiri, serta anak dapat lancar buang air di tempat lain yang bukan rumahnya. Dengan kata lain, akhir dari masa toilet training yaitu ketika anak dapat menjadi lebih mandiri.
Anda perlu melatih anak untuk menggunakan toilet umum. Agar anak dapat mempelajarinya dengan baik, sebaiknya ajarkan secara bertahap dan perlahan. Jika anak sudah berhasil penuh melakukan toilet training di dalam rumah, sekarang waktunya memberikan informasi terlebih dahulu agar anak mau mencoba menggunakan toilet di luar rumah. Memberikan cerita terlebih dahulu dapat memberikan waktu terhadap anak untuk mempersiapkan dirinya menggunakan toilet di tempat umum.
Setelah itu, ajaklah anak ke toilet umum. Peganglah tangan anak Anda dan biarkan anak mengenali toilet umum. Anak tidak harus buang air, cukup dengan melihat-lihat apa yang ada di dalam toilet umum. Sambil melihat-lihat, katakan ‘Disini juga ada ini! Disini cerminnya banyak sekali!’, lalu biarkan anak mengenali toilet umum sebagai tempat yang menyenangkan.
Setelah beberapa kali melihat-lihat, biarkan anak mencoba buang air di toilet umum. Anda juga ikut masuk ke dalam ruang toilet bersama anak sambil menjaga saat anak buang air atau Anda berdiri di depan toilet dengan pintu dalam keadaan terbuka. Ada cara lain juga yaitu bawalah satu benda yang biasa anak mainkan di dalam toilet rumah untuk memberikan perasaan aman kepada anak.
Saat anak berhasil buang air di toilet umum, cobalah secara perlahan Anda keluar dari toilet. Kemudian, biarkan anak buang air sendiri, barulah bantulah anak memakai pakaiannya kembali. Hal yang paling penting dalam mengajarkan anak menggunakan toilet umum yaitu ‘percaya dan menunggu anak dapat menggunakan toilet umum sendiri, dan lakukan sesuai tahapan secara perlahan’. Memberikan kepercayaan agar anak mau mencoba suatu hal saat ia sudah merasa siap sangatlah penting.
Q4. Guru-guru di playgroup/daycare pun kurang membantu toilet training anak saya. Bagaimana mengajarkan toilet training saat anak sedang berada di playgroup/daycare?
A. Hal yang paling penting dalam pengasuhan anak yaitu ‘konsistensi’. Ketika semua orang yang ada di sekitar si kecil menunjukkan sikap dan melakukan perilaku yang sama selama pengasuhan anak, maka anak pun akan belajar dan memahami perilaku yang ditunjukkan orang di sekitarnya. Anak dapat kebingungan jika ia mendapatkan perilaku yang berbeda dari orang, waktu dan tempat yang berbeda-beda.
Hal ini banyak terjadi saat anak dalam masa toilet training. Semua situasi dalam pengasuhan anak harus dihubungkan dengan toilet training. Sehingga, kerjasama antara keluarga dan sebuah organisasi (playgroup/daycare) sangatlah diperlukan. Toilet training yang diajarkan di rumah harus sesuai dengan toilet training saat anak sedang di playgroup/daycare, dan jika anak menolak maka perlu tindakan lebih lanjut untuk mengatasi sikap ini.
Q5. Sekarang anak saya sudah lepas dari popok dan pakai celana dalam, tetapi ia sering mengompol. Capek sekali membersihkan bekas ompolannya. Ia juga sering melepas celananya. Apakah toilet training-nya harus dihentikan?
A. Masalah buang air kecil (BAK) pada umumnya bukanlah masalah psikologis, melainkan masalah biologis dimana kondisi kantung kemih anak yang belum berkembang dengan baik dan ukurannya masih kecil sehingga anak belum bisa mengontrol kemampuan BAK. Dengan kata lain, kondisi biologis anak belum berkembang secara matang. Saat ibu mengajarkan kepada anak untuk berkata ‘bilang ke Bunda kalau mau pipis!’, anak paham dan dapat bereaksi karena kemampuan kognitif dan bahasa anak yang sudah berkembang, tetapi bisa saja kondisi organ tubuh anak belum berkembang dengan baik.
Anak tahu saat ia ingin BAK, tetapi jika ia sudah bisa menahan BAK selama beberapa waktu, maka itulah tandanya ia sudah siap berlatih BAK di toilet. Anda harus memastikan apakah tubuh anak benar-benar sudah siap untuk melakukan toilet training.
Jika anak merasa stres saat lepas dari popok dan harus memakai celana dalam, Anda dapat mengatasinya dengan cara kembali ke satu tahapan toilet training sebelumnya. Yaitu, biarkan anak memberitahu terlebih dahulu saat ia ingin BAK. di waktu yang bersamaan, perhatikan apakah anak dapat menahan BAK dan sejauh mana ia dapat mengontrol keinginan BAK-nya sendiri. Hal ini akan menjadi mudah jika anak sudah bisa memulai kembali toilet training-nya.
Q6. Anak saya tidak bisa menahan buang air. Sepertinya dia juga takut BAB. Dia sering BAB dengan bersembunyi di pojok ruangan, apa yang harus saya lakukan?
A. Ada beberapa alasan mengapa anak menahan buang air. Mungkin ia pernah merasa sakit saat buang air, pernah ada situasi memalukan saat buang air, atau kesalahan ada pada cara pengasuhan yang tidak cocok sehingga membuat anak merasa tertekan secara berlebihan. Hal yang terpenting yaitu semua situasi ini berasal dari kondisi ‘psikologis’ anak. Sangatlah penting Anda mengetahui penyebab mengapa anak menahan buang air.
BAB sambil bersembunyi bisa jadi menunjukkan bahwa anak memiliki perasaan tidak nyaman. Anak yang terbiasa buang air, dan merasa segar saat BAB atau BAK tidak akan bersembunyi saat buang air. Mulailah dengan membuat perasaan anak menjadi tenang. Melalui permainan, ayah dan ibu dapat meningkatkan kelekatan dan seringlah memberikan pujian yang berkaitan dengan buang air. Jika anak menghindar dan menahan buang air karena pernah merasa sakit atau terluka saat buang air maka bisa juga dengan cara mengoleskan krim atau salep khusus untuk melancarkan BAB.
Saat anak merasa aman melalui beberapa aktivitas atau pujian yang ia dapat, mulailah persiapkan untuk lepas dari popok secara perlahan. Tetapi jika anak masih merasa kesulitan, tingkatkan kelekatan ayah ibu dan anak serta sabarlah menunggu sampai anak merasa siap.
Q7. Bagaimana cara mengajarkan anak laki-laki untuk BAK? Apakah dengan cara duduk atau berdiri?
A. Biasanya, anak lebih cepat belajar BAB daripada BAK. Tahapan mulainya anak terampil buang air sendiri pada umumnya dimulai dari mengontrol BAB pada malam hari, BAB pada siang hari, BAK pada siang hari, dan barulah ia bisa mengontrol BAK pada malam hari. Anak laki-laki dengan rata-rata usia 2,5 tahun sudah bisa BAK dengan cara berdiri. Usia rata-rata yang dimaksud disini yaitu tandanya anak sudah melewati masa BAB di toilet. Setelah anak sudah bisa BAB di toilet, Anda dapat mulai mengajarkan anak BAK dengan cara berdiri.
Misalkan, anak sudah siap mengikuti toilet training lebih cepat dari masa usianya, boleh saja Anda mengajarkan anak BAK dengan cara berdiri secara perlahan. Jika anak lambat dalam persiapan toilet training dan baru mulai saat usia lebih dari 2,5 tahun maka sebaiknya Anda boleh langsung mengajarkan anak BAK dengan cara berdiri.
Tidak masalah walaupun masa usia dan cara yang diajarkan berbeda-beda. Yang penting anak sudah lepas dari popok dan berhasil buang air di tempat lain. Biasanya anak sudah berhasil sepenuhnya menahan BAK pada malam hari saat berusia 5-6 tahun. Sebelum itu, biasanya anak masih belum stabil. Oleh karena itu, waktu yang diperlukan sampai anak berhasil menjalani toilet training masihlah panjang.
Jika anak lebih banyak beraktivitas di playgroup/daycare, sebaiknya toilet training yang diajarkan selama di playgroup harus sesuai dengan apa yang dipelajari di rumah. Dan jika anak laki-laki ingin mengikuti perilaku buang air ayah, maka ayah perlu coba menunjukkan cara BAK terhadap anak sehingga anak dapat belajar dan mengikuti dari cara ayahnya.
Q8 .Saya sudah sering kasih pujian dan semangat tapi belum ada perkembangan. Kesabaran saya mulai berkurang. Apa yang harus saya lakukan?
A. Apakah mungkin ada hal yang membuat anak takut dengan toilet training? Atau apa karena anak menganggap toilet training itu menjijikkan? Pasti ada penyebab yang jelas yang membuat anak tidak mau buang air di toilet. Anda perlu memastikan masalah yang ada pada anak.
Anda tahu bahwa marah saat lama menunggu anak selesai buang air itu tidak baik, tetapi terkadang Anda tidak bisa mengontrolnya. Anak sepertinya sudah siap lepas dari popok dan juga sudah siap buang air di toilet, tetapi apa daya Anda menjadi marah karena harus menunggunya berbulan-bulan.
Tetapi, jika anak pernah merasa perasaannya terluka dan tertekan secara psikologis maka ini terus berpengaruh sampai ia tumbuh besar nanti. Sebaiknya Anda percaya bahwa ‘anak saya pasti bisa. Sekarang ini cuma masalah pada pertumbuhannya saja dan jika saya sedikit lebih sabar pasti anak saya nantinya bisa berhasil’.
Jika sampai saat ini Anda pernah marah, menekan, atau membentak anak Anda, sebaiknya mulailah dari memperbaiki hubungan dengan anak Anda. Tenangkan perasaan Anda dan anggap saja Anda menurunkan satu tempo dan secara perlahan menjalin hubungan yang baik dengan anak Anda.
Q9. Masa belajar toilet training sepertinya sudah terlambat, tetapi tidak ada respon apa-apa dari anak saya. Apa ada pengaruh dari tindakan marah saat toilet training? Atau saya hanya perlu menunggu saja?
A. Toilet training merupakan hal yang sulit bagi anak. Masa penting dimana setelah lahir anak pertama kali mengikuti peraturan supaya terjadi perubahan dalam dirinya. Apa yang terjadi jika pada masa sulit ini, orangtua menekan dan marah kepada anak? Walaupun toilet training berhasil dilakukan saat Anda memaksakan anak, tetapi ini bukanlah keberhasilan yang sebenarnya. Mengembalikan hubungan kelekatan yang sudah merenggang membutuhkan usaha yang besar.
Kelekatan merupakan hubungan kepercayaan antara anak dan ibu. Setiap anak pasti mempunyai kepercayaan bahwa ibu menyayangi dan selalu percaya terhadap anak. Tetapi saat anak menyadari bahwa ketika ibu marah dan memaksanya di saat ia merasa kesulitan, maka rasa kepercayaan terhadap ibu dapat menjadi goyah. Kelekatan merupakan suatu konsep yang penting. Sekarang mungkin saja anak terlihat berhasil tapi seiring berjalannya waktu mungkin akan memicu masalah lain.
Cara pasti untuk mengajarkan toilet training yaitu walaupun lamban, Anda harus menyesuaikan dengan kondisi anak. Dengan cara membaca perasaan dan menunggu dengan sabar walaupun lambat dan Anda merasa gagal mengajarkan toilet training, tetapi ini cara yang baik untuk mencapai keberhasilan anak.
Sambil menunggu, coba tunjukkan beberapa hal yang dapat merangsang sampai anak siap menjalani toilet training. Tunjukkan berbagai macam permainan, dongeng, atau rangsangan lain yang dapat membuat anak merasa dekat dengan perilaku buang air. Setelah anak merasa nyaman dengan bangku toilet, berikanlah kesempatan anak untuk mencoba buang air di toilet. Cara yang terbaik yaitu mengikuti tahapan-tahapan belajar toilet training secara perlahan.
Q10. Anak saya merasa kesulitan dalam toilet training sehingga saya memberikan hadiah mainan, tetapi apakah boleh memberi hadiah kepada anak?
A. Memberikan hadiah dapat menunjukkan hasil yang efektif secara langsung, tetapi akan ada efek samping yang bisa muncul setelahnya. Anak akan mengharapkan hadiah yang lebih besar. Jika anak buang air di toilet, Anda berjanji memberikan es krim atau mainan kepada anak. Tentu saja anak akan semakin rajin untuk buang air di toilet.
Tetapi, ini hanya sementara. Tujuan akhir dari toilet training yaitu anak mau buang air di toilet dan memakai pakaian sendiri. Tujuan utama yaitu supaya melatih anak hidup mandiri, tetapi apakah tujuan ini bisa tercapai jika selama toilet training tidak ada es krim atau mainan yang dijanjikan sebelumnya? Mungkin selanjutnya anak tidak hanya meminta es krim, tetapi juga coklat, permen atau lainnya. Selanjutnya, anak dapat mengharapkan hadiah yang lebih besar dari yang ia dapat sekarang.
Anda perlu mengatur hadiah yang akan Anda berikan kepada anak. Lebih baik memberikan hadiah yang bukan berupa barang seperti sentuhan atau pujian, tetapi jika Anda ingin memberi hadiah berupa barang, sebaiknya cukup berikan hadiah kecil yang tidak membuat anak sepenuhnya terpuaskan, seperti sebuah permen, dll.