Setiap orangtua pasti pernah mendengar bahwa ‘kelekatan’ atau attachment sangatlah penting di dalam pengasuhan anak. Kelekatan berfungsi untuk mempererat ikatan batin anak dengan orang terdekat dan apabila ini berlangsung secara terus menerus seiring dengan pertumbuhannya, maka kemampuan anak menyesuaikan diri dengan orang lain dan juga beradaptasi di dalam hubungan bermasyarakat dapat bertumbuh dengan lebih baik.
Selain itu, anak yang memiliki kelekatan yang aman bersama orangtuanya cenderung tidak takut dengan lingkungan yang asing atau baru dan senang mengeksplorasi bebas lingkungan yang ada di sekitarnya, serta memiliki kepercayaan diri yang tinggi sehingga ia dapat dengan mudah mempelajari teknik-teknik apa saja yang diperlukan dalam membangun hubungan interpersonal yang baik.
Kelekatan dapat mempengaruhi seluruh kehidupan anak, sehingga apabila orangtua memiliki pemahaman yang salah mengenai kelekatan, maka mungkin Anda dapat melewatkan kesempatan emas untuk membangun kelekatan yang aman bersama si kecil. Apabila Anda merasa kesulitan dalam membentuk kelekatan bersama si kecil, maka mulai dari sekarang juga, pelajarilah informasi-informasi berikut yang dapat membantu Anda mengetahui bagaimana cara membentuk kelekatan.
1. Dilema para ‘working mom & working daddy’
“Setiap pulang dari kantor, saya hanya punya waktu bermain bersama si kecil 1 jam saja. Apakah anak bisa merasakan kelekatan bersama saya?”
“Hari ini saya ambil cuti khusus untuk bermain seharian bersama si kecil. Sudah lama tidak menghabiskan waktu yang panjang bermain bersama si kecil, pasti cukup bisa membentuk kelekatan bersamanya, bukan?! Hati saya pun ikut senang~”
Ucapan-ucapan ini sering kali terdengar diucapkan oleh para ayah dan ibu yang bekerja. Mereka beranggapan bahwa faktor penyebab kelekatan tidak dapat terbentuk dengan baik yaitu kurangnya waktu bermain bersama anak. Dan biasanya, para orangtua berpikir bahwa menghabiskan waktu seharian bersama si kecil sudah pasti bermanfaat dalam pembentukan kelekatan.
Tapi, apakah Anda tahu bahwa kelekatan itu tidak dapat dinilai berdasarkan waktu yang dihabiskan bersama anak? Faktor utama pembentukan kelekatan yaitu ada pada semangat dan usaha dari orangtua. Dengan kata lain, kualitas lebih penting daripada kuantitas. Inti dari kelekatan terdapat pada seberapa besar fokus dan perhatian orangtua saat menghabiskan waktu bermain bersama anak. Apabila Anda berada di ruangan yang sama dengan anak tapi Anda membiarkannya bermain sendiri tanpa percakapan yang bermakna, ini bukan berarti Anda sudah menghabiskan waktu bersama si kecil.
Setidaknya, gunakanlah waktu 10 menit saja untuk fokus dan memperhatikan anak Anda disertai percakapan-percakapan yang dapat mendorong semangat anak setiap hari. Komunikasi orangtua dan anak yang aktif merupakan tanda bahwa kelekatan Anda mulai terbentuk.
2. Apakah mengurus anak cukup hanya dengan kehadiran ‘ibu’ saja?
“Ibulah yang harus menghabiskan waktu yang banyak bersama anak, agar anak bahagia.”
“Tidak ada yang lebih baik dalam mengurus anak selain ibu, bukan?”
Ibu mengandung anak di dalam rahimnya selama 9 bulan, dengan begitu wajar apabila ibu merasa memiliki rasa cinta yang lebih dibandingkan sang ayah. Tapi, apakah hanya ibu yang dapat memberikan pola asuh terbaik dan efektif bagi si kecil?
Setelah melahirkan, seorang ibu harus melewati masa pemulihan sambil mengasuh bayi kecilnya dan ibu mana pun juga pasti merasakan stres baik secara fisik maupun mental pada masa ini. Pada saat ini, jika pengasuhan anak hanya dibebankan kepada ibu saja, maka justru dapat mengakibatkan dampak yang negatif terhadap kelekatan ibu dan anak.
Syarat untuk membentuk kelekatan yang aman yaitu ‘kepekaan’ Anda. Apabila ibu merasakan stres karena harus segera menanggapi respons dan memenuhi kebutuhan si kecil, apakah ibu bisa lebih peka menanggapinya? Hasil penelitian menunjukkan bahwa semakin rendah tingkat stres seorang ibu yang mengasuh anak, maka semakin tinggi tingkat kelekatan yang aman bersama anak, sehingga ibu yang memiliki stres yang tinggi cenderung sulit dalam memberikan respons yang positif kepada anak. Selain itu, mitos tentang ibu sudah pasti lebih jago mengasuh anak perempuan ketimbang ayah merupakan informasi yang salah. Karena tidak ada jawaban yang tepat di dalam pengasuhan anak.
Kesimpulannya yaitu pengasuhan anak tidak hanya tanggung jawab ibu atau tanggung jawab ayah saja, tapi sudah pasti menjadi tanggung jawab bersama. Ayah dan ibu yang berkerja sama dalam mengasuh anak dapat membentuk kelekatan yang aman bersama si kecil.
3. Apakah anak hanya merasakan kelekatan dari ibu saja?
“Bagi anak, ibulah yang terbaik!”
“Ibu adalah No. 1 dalam membentuk kelekatan.”
Umumnya, orang-orang berpikir bahwa anak lebih dekat dengan ibu dan dapat membentuk kelekatan yang aman dan kuat bersama ibu. Benarkah itu? Orang yang menyimpulkan bahwa setiap ibu dapat mentuk kelekatan yang kuat bersama anak tidak mempertimbangkan kondisi anaknya. Anak akan memilih dengan seseorang yang spesial untuk membangun hubungan kelekatan. Orang yang spesial ini pada umumnya adalah sosok utama yang mengasuh dan membesarkannya. Faktanya, kelekatan yang kuat terbentuk di antara ibu dan anak karena ibulah yang paling banyak melewati kenangan dan waktu bersama si kecil sejak lahir. Tapi, keadaan dapat berubah apabila masa kecil anak dilewati bersama nenek atau pengasuh yang jauh lebih dekat dengan anak ketimbang ibunya, sehingga anak akan memiliki hubungan kelekatan ‘terkuat’ bersama nenek atau pengasuh utamanya.
Dengan kata lain, tidak hanya ibu saja, siapapun yang peka dalam memberikan respons atau memenuhi kebutuhan anak dapat membentuk hubungan kelekatan bersama anak. Oleh karena itu, bantulah anak untuk bisa membentuk kelekatan yang aman bersama beberapa orang sehingga ia dapat mempersiapkan diri dalam menghadapi dunia sosialnya.
4. Apakah kehidupan sekolah anak dapat menurunkan kadar kelekatan?
“Setiap hari si kecil pergi ke tempat TPA (tempat penitipan anak), tapi saya rasa tidak baik membawanya ke TPA setiap hari. Jadi, saya hanya mengajaknya ke TPA pada hari-hari tertentu saja.”
“Gara-gara saya harus lembur, anak saya titipkan ke TPA lebih lama. Saya khawatir si kecil akan stres gara-gara kelamaan ditinggal di TPA. Saya jadi merasa bersalah.”
Beberapa orangtua menganggap bahwa ‘membawa atau menitipkan anak ke TPA setiap hari dapat membuat anak merasa stres’. Tapi sebaliknya, cobalah bayangkan apabila anak seharian hanya di rumah saja, tetapi harus berhadapan dengan orangtua yang sibuk, tertekan, dan emosional, apakah ia tidak akan merasa stres?
Ada hasil penelitian yang menunjukkan bahwa semakin lama waktu yang dihabiskan oleh anak di TPA, maka semakin rendah hormon yang dapat membentuk stres pada anak. Artinya, tingkat stres anak yang bermain lebih lama dan teratur di tempat TPA akan lebih rendah dibandingkan tingkat stres anak yang melewatkan waktu sebentar saja dan dengan jangka yang tidak teratur selama di TPA.
Pemikiran bahwa anak akan merasa stres selama di TPA karena berpisah dengan ibu merupakan pemikiran yang belum tentu benar. Tidak hanya itu saja, anak-anak yang melewatkan masa di TPA secara teratur ini dapat memberikan dampak yang positif terhadap masa perkembangannya dan juga pada kehidupan sosio-emosional anak.
Adalah impian bagi semua orangtua untuk bisa mengasuh anak dengan sempurna, dan dengan kemampuan sendiri tentunya. Namun seringkali kenyataan berkata lain. Jika Anda terpaksa harus menitipkan anak di TPA karena situasi yang memaksa (misalnya, ibu harus bekerja, tidak ada keluarga/saudara yang membantu mengasuh, ibu sakit, dll), buanglah kekhawatiran Anda bahwa lembaga TPA/PAUD hanya akan memberi pengaruh negatif saja. Sebaiknya Anda membantu mengarahkan si kecil untuk bisa beradaptasi dengan lebih baik dan memiliki kehidupan yang teratur selama berada di TPA. Sebagai gantinya, sambutlah anak dengan antusias dan kasih sayang saat ia kembali ke rumah.








