1. Beritahukan solusi untuk mengekspresikan perasaan ketika anak dalam keadaan marah
Sikap agresif anak tidak akan hilang hanya dengan menekan anak. Rasa tertekan yang anak terima akan ia salurkan ke tempat lain. Sebaiknya, anak mengekspresikan perasaannya di depan Anda. Berikan solusi lain untuk meredakan sikap agresif anak dengan cara meminta anak untuk memukul bantal, merobek kertas, atau melempar bola di tempat yang tidak berbahaya.
Karena anak masih kecil dan belum memahami bahwa ia dapat mengalihkan rasa marahnya dengan cara melempar benda, melompat, atau merobek kertas, maka ajarkan perilaku ‘memukul’ benda lain kepada anak. Cara ini dapat dilakukan untuk menenangkan sikap agresif seorang anak. Selain perilaku ‘memukul’ ini, aktivitas lain yang memungkinan yaitu misalnya kegiatan melempar atau menendang bola. Karena sikap memukul dapat menjadi kebiasaan, maka coba tentukan satu benda untuk dijadikan sasaran. Bisa menggunakan boneka yang besar atau bantal.
Saat anak memukul benda lain, beritahukan anak bahwa ia sedang dalam keadaan marah. Ajarkan tanda-tanda yang menunjukkan perasaan marah seperti mengernyitkan wajah atau langsung berkata ‘aku sedang marah’. Ekspresi wajah dan ucapan ini akan membantu Anda mengenali keadaan anak pada saat itu.
Saat anak hendak melakukan perilaku agresif, peluklah anak dan ucapkan “Kenapa kamu marah? Kamu marah karena roda bannya rusak ya. Bunda coba perbaiki ya”. Jika anak sudah terlanjur marah, siapkan cara untuk mencegahnya. Janganlah Anda memarahi anak yang sedang marah, beritahukanlah kepada anak bahwa Anda memahami perasaannya sebelum perasaan marah anak meletus.
2. Buatlah peraturan keluarga
Saat Anda memberikan perlakuan yang berbeda-beda kepada anak-anak berdasarkan situasi tertentu, anak mungkin juga bisa menebaknya. Contohnya, ketika Anda melihat kakak sedang menyentuh baju adiknya, Anda bisa menganggap kakak sedang memukul adiknya atau hanya sedang mengelus adiknya. Jika Anda memarahi anak berdasarkan situasi yang berbeda-beda, anak dapat menganggap bahwa ‘sikap ibu selalu berubah-ubah’ atau tidak konsisten.
Diskusikanlah bersama suami Anda mengenai sikap apa saja yang tidak boleh ditunjukkan dan harus ditunjukkan kepada anak. Saat anak tetap tidak menuruti ucapan Anda, sebaiknya Anda menunjukkan sikap dan respons yang sama secara berulang-ulang. Dengan begitu, anak akan dapat mempelajarinya. Karena menyentuh kepala tidak boleh sembarangan, maka ajarkan kepada anak bahwa menyentuh apalagi memukul kepala orang lain itu bukan sikap yang baik, saat melihat anak memukul adiknya katakanlah ‘Memukul itu tidak baik. Kalau kepala dipukul kan rasanya sakit’.
Melalui sikap konsisten yang ditunjukkan secara terus menerus, anak akan memahami peraturan ‘berbuat ini tidak apa-apa, kalau berbuat seperti ini nanti ibu tidak suka’. Cara ini juga sangat penting dalam pendisiplinan anak. Orangtua harus menunjukkan sikap konsistensi terhadap kakak yang bermasalah dengan adiknya, tetapi buatlah anak memahami pentingnya memahami peraturan yang sudah dibuat bersama, oleh karena itu jangan lupa untuk selalu konsisten!
3. Berbagilah peran sebagai pelindung keluarga
Ajaklah kakak untuk mengasuh dan menjaga adiknya bersama-sama. Kakak pasti masih kesulitan merawat adik karena masih kecil juga, cobalah berikan tugas- tugas mudah seperti mengusap badan adik dengan bedak atau mengambilkan baju adik. Dengan begitu, anak dapat memahami bahwa ia adalah seorang kakak yang dibutuhkan dalam membantu ibu mengasuh adik dan biarkan anak juga memahami bahwa ia akan mendapat pujian dari ibu jika mengasuh adik. Saat anak pertama membantu mengasuh adik, jangan lupa berikan ucapan terimakasih dan pujian, serta sentuhan kasih sayang kepadanya. Anak akan memahami bahwa ia akan mendapatkan perhatian jika membantu ibu.
4. Luangkanlah waktu bermain berdua saja bersama kakak
Sebaiknya ayah turut membantu pada bagian ini. Saat Anda sebagai ibu sibuk menyusui adik dan memikirkan tugas lain, kadang Anda melewatkan kebutuhan sang kakak. Akan lebih baik jika ayah mengambil perhatian anak pertama di saat Anda sedang sibuk. Mengajak anak pertama bermain dan menghabiskan waktu bersamanya dapat membuat si kecil merasa bahwa ayah juga memberikan perhatian kepadanya. Yang terpenting adalah anak dapat merasakan kasih sayang dari orangtuanya.
5. Jangan menekan peran kakak
Menekankan peran anak dengan mengatakan ‘Kamu kan anak sulung’, ‘Kamu kan seorang kakak’ masih terlalu dini. Terimalah saat anak bersikap kekanak-kanakan atau meminta untuk dimanjakan. Anak mungkin saja merengek atau sengaja berbuat masalah untuk mendapatkan perhatian dari ibu. Dalam keadaan seperti ini, lebih baik terlebih dahulu terimalah sikap anak. Anak akan dapat memahami aturan yang Anda sampaikan ketika ia sudah mengeluarkan perasaannya. Sebaiknya Anda memahami dan menerima sikap anak terlebih dahulu walaupun sikapnya tidak sesuai dengan usianya.
++++
Cobalah pikirkan hal berikut sekali saja…
Tidak ada patokan yang mutlak, tetapi janganlah lupa bahwa dasar dari segala teori pengasuhan anak yaitu orangtua harus memahami dan sering menunjukkan ekspresi kasih sayang kepada anak! Sering menunjukkan rasa kasih sayang dan memberikan sentuhan kasih sayang kepada anak bukanlah hal yang berlebihan. Tunjukkanlah sebagai keharusan. Biarkan anak menyadari sendiri bahwa ‘Ibu paling sayang sama aku’.
Ketika anak mulai menerima rasa kasih sayang ayah dan ibu tetapi masih menunjukkan sikap agresif, sebaiknya Anda tidak memberikan hukuman tetapi berikan ‘time out’ kepada anak. ‘Time out’ merupakan salah satu cara menangani sikap bermasalah, yaitu dengan cara memberikan kursi berpikir kepada anak. Anak dibawa ke ruangan lain sendiri dan biarkan anak memiliki waktu untuk memikirkan perilakunya sendiri, dengan begitu anak dapat lebih mudah memahami bahwa perilaku memukul orang lain dapat memunculkan ketidak nyamanan pada dirinya. Tetapi teknik ‘time out’ ini sebaiknya diberikan ketika anak sudah cukup merasakan kasih sayang dari kedua orang tuanya. Jika Anda memberikan teknik ini sebelum itu, anak akan menganggapnya sebagai hukuman dan kekesalan yang dirasakan akan anak lampiaskan kepada adiknya.
Satu hal lagi yang penting, janganlah Anda menjanjikan memberikan anak hadiah camilan atau permen untuk tidak memukul adik. Karena anak akan menggunakan syarat ini sebagai bahan penawaran. Anak tahu bahwa sikap memukul adik tidak boleh ia lakukan lagi dan ia juga tahu dengan mengubah perilakunya ia bisa mendapatkan apa yang diinginkannya. Oleh karena itu, sebaiknya Anda berhati-hati saat memberikan anak hadiah atas sikapnya.