MasukDaftarHalaman Saya
Tips Permainan
Cara Berinteraksi yang Benar Saat Bermain Peran
Dibaca 1995
Bagikan artikel ini kepada orang-orang yang Anda sayangi.
Copy link
Mulai dari usia 3 tahun, anak-anak dapat merasakan serunya bermain peran. Kemampuan komunikasi anak akan berkembang pesat dan anak mulai menunjukkan sikap empati dan prososial. Oleh karena itu, bermain peran dengan meniru orang lain merupakan permainan yang menyenangkan bagi si kecil pada masa ini.

Ada kalanya bermain peran itu sulit dilakukan. Melakukan peran yang sudah ditentukan saat bermain peran seharusnya menyenangkan, tetapi memberikan percakapan yang sesuai dengan usia anak ternyata tidaklah mudah.

Berikut ini beberapa aturan agar bermain peran menjadi lebih seru!

[Aturan permainan yang perlu diingat saat bermain peran]

1. Tanyakan terlebih dahulu cara bermainnya

Ketika Anda benar-benar tidak tahu apa yang harus dilakukan saat bermain bersama anak, sebaiknya tanyakanlah pendapat anak Anda.

Contohnya, anak bermain peran sebagai ibu dan ibu berperan sebagai ayah. Anda tahu bahwa peran ayah harus pergi ke kantor, tapi cobalah bertanya kepada anak sambil berbisik “Bunda sedang berperan sebagai Ayah, apa yang harus Bunda lakukan? Apa Bunda harus pergi ke kantor?”. Bertanya dengan cara berbisik efektif saat bermain peran berdua saja bersama anak. Anak akan mengikuti ibunya berbisik-bisik sambil bercerita tentang apa yang harus Anda lakukan dan mengenai perannya sendiri.

2. Bertanyalah saat anak menunjukkan sikap agresif

Ada anak yang suka menunjukkan sikap agresif saat bermain boneka atau mobil-mobilan. Contohnya, saat bermain mobil-mobilan bersama ibu, secara sengaja anak menabrakkan mobil miliknya dengan mobil ibu, sehingga dapat dilihat bahwa anak menunjukkan sikap agresif. Saat seperti ini, Anda tidak mungkin membiarkan anak bersikap agresif tapi juga tidak mungkin memberhentikan anak yang sedang asyik bermain.

Saat keadaan ini muncul, bertanyalah kepada anak dengan baik-baik.

Hentikanlah permainan sejenak, lalu berikan waktu kepada anak untuk berpikir dan tanyakan, “Kalau kamu main seperti ini, nanti mobilnya sakit! Gak apa-apa kalau mobilnya sakit?”

Jika Anda menerima sikapnya dan anak malah menunjukkan tindakan agresif yang berlebihan, cobalah ceritakan juga bagaimana perasaan mobil saat ditabrakkan ke benda lain agar anak dapat memahami bahwa tindakan agresif yang ia tunjukkan dapat merusak mainannya.

3. Beritahukan bahwa anak adalah pemeran utama saat bermain

Ketika Anda bertanya kepada anak, terkadang ia suka memberikan jawaban “nggak tahu” atau “terserah Bunda”. Saat seperti ini, katakan bahwa anak adalah pemeran utama dalam permainan ini. Contohnya, katakan “Ini kan permainan kamu. Kamu yang harus menentukan cara bermainnya, setelah itu beritahu Bunda."

4. Saat Anda sulit berinteraksi bersama anak, berikan respons terhadap permainan anak

Tidak hanya bermain peran, saat bermain permainan yang lain pun terkadang ada kesulitan dalam berinteraksi, contohnya anak malah lupa dengan peran yang harus ibu mainkan dan hanya fokus dengan peran yang ia dapat. Saat seperti ini, daripada Anda bingung, lebih baik berikan dukungan dan respons saat anak bermain.

Contohnya, saat bermain dokter-dokteran, anak berperan sebagai dokter dan Anda berperan sebagai pasien. Setelah anak memberikan perawatan lalu tidak memberikan perhatian kepada Anda, ajaklah berbicara “Dokter sedang menyiapkan resep ya. Sepertinya asyik ya”.

Bahan pertimbangan
Konten Chai's Play tidak hanya terbatas diterapkan oleh ibu saja. Ayah, anggota keluarga lain, pengasuh dan para pendidik PAUD bisa mempraktikkannya juga.
Bagikan artikel ini kepada orang-orang yang Anda sayangi.
Copy link
Bagaimana dengan konten ini?