1. Jangan membuat janji yang tidak bisa Anda tepati
Bagi anak, janji orangtua adalah mutlak. Anak akan percaya dan berharap besar terhadap janji-janji Anda. Jika orangtua terlalu banyak memberikan harapan palsu hanya untuk menghindari situasi yang ribet, lama kelamaan anak akan kehilangan kepercayaannya terhadap Anda, dan hubungan kelekatan anak dan Anda pun dapat goyah. Buatla janji yang sudah pasti dapat Anda tepati!
2. Jangan memberi hukuman fisik
Ketika anak berbuat kesalahan, yang perlu Anda lakukan adalah 'mendisiplinkan' anak, bukan 'menghukum secara fisik'. Bukannya efektif dan bermanfaat, memberi hukuman fisik hanya akan memberikan dampak negatif saja. Anak akan belajar yang namanya 'pentingnya bermain fisik'. Anak yang terbiasa hidup di bawah kekerasan akan berpikir bahwa segala masalah bisa diselesaikan dengan kekerasan. Jangan lupa bahwa kekerasan akan melahirkan kekerasan dan seterusnya!
3. Jangan memperlakukan anak sesuka hati Anda
Saat Anda memperlakukan anak sesuai perasaan hati Anda, anak jadi tidak punya standar bagaimana ia harus menanggapi tindakan orang tua. Saat suasana hati Anda sedang baik, Anda memperlakukannya dengan lembut, tetapi pada saat Anda sedang kesal, Anda pun melimpahkan kekesalan Anda kepada anak. Anak akan bingung dengan situasi ini. Dan, mereka akan menjadi sensitif di depan Anda. Jangan memperlakukan anak sesuka hati Anda! Jangan sampai kepercayaan anak terhadap Anda hilang!
4. Jangan memaksakan kehendak orangtua
Bayi mulai menyadari konsep ego bahkan sejak usia 1 tahun, kemudian perlahan mereka akan mempunyai cara berpikir dan melakukan tindakan sesuai cara mereka. Tanpa mendengar pendapat mereka dan memaksakan kehendak orangtua, harga diri anak akan terluka. Bisa bahaya bagi anak-anak yang memiliki rasa rendah diri untuk mengambil keputusan sendiri. Mereka berisiko untuk mengambil keputusan dan bertindak tanpa akal sehat. Karena itu, hargailah pemikiran anak dan jangan memaksakan kehendak Anda tanpa alasan yang jelas!
5. Jangan menggunakan hadiah sebagai jalan pintas
Ada kalanya orangtua juga pernah melakukan kesalahan kepada anak. Dan seringkali orangtua 'menebus' kesalahannya dengan memberikan hadiah. Tapi, sebetulnya tidakan ini sangat berisiko menanamkan logika pada anak bahwa semua kesalahan dapat ditebus secara materiil. Selain itu, anak pun akan berpikir bahwa 'semakin besar/banyak hadiah akan semakin efektif' untuk menyenangkan hatinya kembali. Karena itu, ia pun akan meminta hadiah yang lebih besar. Janganlah menebus rasa bersalah Anda dengan hadiah! Lebih baik Anda meminta maaf secara langsung kepada anak dan memperbaiki kesalahan Anda.
6. Jangan menyuruh anak ini itu sementara Anda tidak melakukannya
Anak mengamati dan meniru perilaku orangtua. Semua tindakan dan nada bicara orangtua akan diserap oleh anak seperti spons. Karena itu, saat menyuruh anak melakukan sesuatu, Anda harus melakukannya bersama-sama. Jika tidak, anak akan kehilangan kepercayaannya kepada Anda. Perintah Anda akan terdengar seperti omelan belaka, dan karena Anda tidak melakukannya, maka jangan harap anak pun akan melakukannya juga. Jika Anda mengharapkan anak untuk berbuat sesuatu, maka lakukanlah bersama!
7. Jangan terlalu peduli terhadap apa yang orang lain pikirkan
‘Kira-kira di mata Bu Guru, anakku seperti apa ya?’ ‘Kalau anakku berbuat begini, apa orang lain akan melihat lalu berpikir bahwa anakku aneh?’ Kebanyakan para ibu terlalu peduli terhadap lingkungan di sekelilingnya. Kadang orangtua bertingkah laku dengan canggung/kikuk karena takut dihakimi orang lain. Tetapi, ingatlah bahwa 'anak Anda' sangat berharga. Mengasuh anak adalah kewajiban orangtua. Campur tangan orang lain tidak akan memberi manfaat apapun. Pikirkanlah bagaimana cara untuk menunjukkan anak ke arah yang lebih baik. Jangan membelok hanya gara-gara terlalu takut dihakimi orang lain.
8. Jangan terlalu mengurusi semua tingkah laku anak
Kadang orangtua ikut campur dalam semua kegiatan anak dengan alasan ‘demi anak’. Bahkan untuk hal-hal kecil pun harus orang tua yang memutuskan dan memberi ijin. 'Melindungi' anak dalam pelukan orang tua memang terdengar aman dan ideal, tetapi tanpa terasa, anak akan kehilangan kemandiriannya dan kemampuan untuk mandiri. Jangan terlalu protektif terhadap anak! Bantu mereka untuk belajar mengambil keputusan sendiri dan bertanggung jawab atas keputusan yang mereka ambil.
9. Jangan membesar-besarkan kesalahan anak
Siapapun dapat melakukan kesalahan. Tetapi ada orang yang menjadikan kesalahan sebagai bantu loncatan, dan ada juga orang yang justru semakin takut untuk mencoba. Yang membedakan orang-orang tersebut adalah perilaku mereka dalam menghadapi kesalahan. Saat anak gagal, orang tua harus memberi semangat dan dorongan bagi anak untuk menghadapi tantangan lain. Dukung anak untuk menghadapi tantangan baru.
Jika saat anak gagal atau melakukan kesalahan, orang tua menunjukkan ekspresi kecewa atau marah, anak akan merasa bersalah. Perasaan ini dapat membuat anak takut untuk menghadapi tantangan baru dan takut gagal lagi. Kegagalan adalah kesuksesan yang tertunda. Jangan membesar-besarkan kesalahan anak dan ajak anak untuk mencoba lagi.
10. Jangan pelit berekspresi di depan anak
Karena alasan takut dihakimi oleh orang lain, yakin bahwa ayah harus menjadi figur yang berwibawa, sibuk bekerja, dan alasan lainnya, banyak orangtua yang tidak bisa mengekspresikan perasaannya dengan baik di depan anak. Ada juga yang berpikir bahwa terlalu banyak mengekspresikan rasa sayang akan membuat anak tumbuh menjadi anak yang manja. Jelas-jelas Anda menyayangi anak Anda, bukan? Mengapa masih malu-malu untuk mengekspresikan rasa sayang Anda? Tahukah Anda bahwa anak akan semakin bahagia setiap kali mendengar ekspresi kasih sayang dari Anda? Bangun kelekatan (attachment) yang kokoh bersama anak sehingga anak pun dapat belajar bagaimana cara mengekspresikan kasih sayang dan bersikap lebih positif. Peluklah buah hati Anda dan katakan bahwa Anda sangat menyayanginya!