MasukDaftarHalaman Saya
Pengasuhan Anak
Teknik Percakapan Orangtua Untuk Mendorong Kepercayaan Diri Anak
Dibaca 4217
Bagikan artikel ini kepada orang-orang yang Anda sayangi.
Copy link
Dewasa ini, banyak sekali tanggapan salah yang dimiliki oleh para orangtua, salah satunya yaitu ‘ketika gagal/kalah, anak pasti akan merasa sedih dan frustrasi’. Sehingga, di awal orangtua tidak memberikan sesuatu hal yang dapat menoreh luka pada anak.

1) Berikanlah ucapan-ucapan yang dapat mendukung anak untuk memilih dan membuat keputusan sendiri

“Menurut kamu, gimana?”
“Kalau kamu maunya gimana?”
“Menurutmu, mana yang paling penting?”
“Kamu pilih yang ini ya!”

Ketika anak diberi kesempatan untuk memilih sendiri dan ketika pilihannya dihargai oleh orang lain, anak akan merasa puas dengan pilihannya dan juga merasakan pemenuhan diri. Biarkan anak memilih dan membuat keputusan sendiri! Hargailah pilihan anak walaupun itu bukan pilihan yang tepat, namun segera tanggapi jika pilihan tersebut berbahaya bagi anak.

Dewasa ini, banyak sekali tanggapan salah yang dimiliki oleh para orangtua, salah satunya yaitu kecemasan bahwa anak akan sedih dan frustasi ketika gagal. Sehingga, di awal orangtua tidak berani memberikan tantangan yang dapat menoreh luka pada anak. Dalam situasi seperti itu, anak tidak dapat membandingkan situasi kegagalan/kekalahan yang dialaminya. Jika anak tumbuh besar dengan hanya memiliki pengalaman berhasil atau menang saja, maka anak hanya bisa bergantung pada orangtuanya saja dan akan jatuh ketika menghadapi kegagalan/kekalahan. Selain itu, mereka juga akan berusaha untuk menghindar dari kekalahan. Maka dari itu, dukunglah pilihan anak Anda! Anak akan belajar bertanggung jawab atas pilihannya dan ketika anak berkali-kali mengalami menang dan kalah, maka ia pun akan tumbuh menjadi anak yang lebih kuat.

2) Ucapkanlah perkataan yang menandakan bahwa Anda mengakui usaha kerja keras anak

“Hebat, kamu sudah menyusun blok jadi keren!”
“Kamu menempel stiker di sini, jadi cantik sekali!”
“Wah, kamu mewarnai dengan bermacam-macam warna!”

Pujilah hasil kerja keras anak Anda! Salah satu pujian yang kurang tepat yaitu memuji ‘hasil’ yang ditunjukkan oleh anak. Misalkan, anak sedang menempelkan stiker. Ucapan yang sering terdengar dari ibu yang ada di samping anak, ketika ia sedang asyik menempel stiker.

“Eh!! Bukan di situ~ Harusnya tempel di sini! Iya, betul, tempel di situ!!”

Dalam situasi ini, orangtua seharusnya hanya sebatas memberikan arahan agar anak dapat menjawab dengan benar. Dan pujilah ketika anak dapat menjawab atau melakukan hal yang tepat. Jika anak menempel stiker pada tempat yang tidak tepat, maka ayah dan ibu dapat mencabut kembali stiker dan mintalah kembali kepada anak agar dapat menempelkan di tempat yang benar.

Jika Anda memuji anak setelah memperbaiki kesalahan anak, selanjutnya apa yang akan terjadi? Ketika anak merasa sulit menebak jawaban yang tepat, ia akan menolak untuk melakukan aktivitas itu. Karena anak beranggapan bahwa jika ia salah, ayah dan ibu tidak akan memberikan pujian.

Masalahnya yaitu ketika orangtua memberikan pujian dengan menekankan pada ‘hasil’. Sebaiknya Anda tidak memuji hasil, tetapi pujilah ‘proses dan usaha’ yang telah dilakukan oleh anak. Sehingga, ketika ayah dan ibu mengakui ‘usaha dan proses’ yang telah ditunjukkan oleh anak walaupun dalam situasi kalah, maka anak akan menganggap percobaannya sebagai hal yang berarti. Anak akan merasa bangga terhadap dirinya sendiri yang telah berusaha mencoba dan menerima tantangan melakukan berbagai hal. 

3) Katakanlah kepada anak ketika ia menunjukkan peningkatan kemampuan dari sebelumnya

“Hebat! Kamu sudah bisa beres-beres meja sendiri~!”
“Wah! Nasimu habis tak bersisa!”
“Kali ini, Chai sudah bisa menaruh odol pada sikat gigi sendiri!”

Jika ada kemampuan anak yang sudah meningkat dari sebelumnya, jangan lupa untuk memberi pujian kepada anak. Tidak harus selalu kemampuan yang hebat saja. Jika si kecil dahulunya selalu meminta bantuan ibu ketika hendak memakai baju dan kini ia sudah mulai memakai bajunya sendiri, maka katakanlah kepada anak ‘Wah, sekarang kamu sudah bisa memakai baju sendiri!’. Sekecil apapun peningkatan yang ditunjukkan oleh anak, katakanlah kepada anak agar ia juga dapat mengetahui kemampuannya.

Ayah dan ibu yang dapat mengenali sedikit perubahan yang terjadi pada anak dapat membuat anak berpikir bahwa ‘Sekecil apapun itu, kalau aku sungguh-sungguh, ayah dan ibu pasti akan menghargainya!’. Anak akan lebih berusaha keras untuk mencoba berbagai hal, walaupun itu hanya sepele dan ia pun akan merasakan pemenuhan diri dari tindakan yang kecil sekalipun. Karena pemenuhan diri tidak hanya muncul jika seseorang melakukan hal yang luar biasa saja/ Ucapan sederhana dari ayah dan ibu seperti ini pun sudah bisa memberikan anak rasa keberhasilan.

4) Ungkapkanlah bahwa Anda menghargai niat anak

“Kakak baik sekali mau menemani adik main bersama!”
“Kamu ternyata ingin meringankan tugas Bunda ya~”
“Chai ingin membantu Ayah juga toh?”

Perhatikan tingkah laku anak dan pahami niat si kecil! Kemudian, sampaikanlah bahwa Anda memahami niat baik anak kepadanya. Kesalahan yang dilakukan oleh anak biasanya dimulai dari niat baik anak. Misalnya, anak tidak sengaja menjatuhkan gelas karena sebetulnya ingin membantu ibu atau anak mencoret-coret tembok karena berniat ingin bermain dan menyenangkan hati adiknya. Sebelum Anda memarahi anak, sebaiknya Anda pikirkan dengan tenang mengenai niat dibalik sikap anak sebelum menegur anak.

Selain itu, ketika ayah dan ibu menerima niat baik anak walaupun memberikan hasil yang kurang baik, anak pun akan merasa terhibur.

5) Seringlah Anda mengekspresikan kasih sayang kepada anak

“Terimakasih kamu sudah menjadi anak Ayah dan Bunda”
“Asalkan kamu bahagia, Ayah dan Bunda juga akan merasa bahagia”
“Ayah dan Bunda sangat menyayangimu, nak!”

Harga diri anak tumbuh dari ekspresi kasih sayang yang ditunjukkan oleh ayah dan ibu. Ucapan ‘kamu sangat berharga’ dan ekspresi ‘kami menyayangimu’ seperti ini dapat membantu pembentukan gambaran diri yang positif. Ungkapan kasih sayang dari orangtua ini akan membuat anak memiliki gambaran diri seperti ‘Aku adalah anak yang patut disayangi’. Oleh karena itu, berikanlah sebanyak-banyaknya ungkapan kasih sayang kepada buah hati Anda!

Bahan pertimbangan
Konten Chai's Play tidak hanya terbatas diterapkan oleh ibu saja. Ayah, anggota keluarga lain, pengasuh dan para pendidik PAUD bisa mempraktikkannya juga.
Bagikan artikel ini kepada orang-orang yang Anda sayangi.
Copy link
Bagaimana dengan konten ini?