MasukDaftarHalaman Saya
Kisah Ayah Bunda
Pertengkaran Suami Istri Pada Masa Kehamilan, Mengapa Terjadi?
Dibaca 5157
Bagikan artikel ini kepada orang-orang yang Anda sayangi.
Copy link
Selama tinggal bersama, sangat wajar bila pasangan suami istri bertengkar karena adanya perbedaan pendapat atau situasi yang memicu pertengkaran.

Pengaruh apa yang muncul terhadap janin saat kedua orangtua bertengkar?

Indra pendengaran calon bayi sudah mulai berkembang sejak berada di dalam perut ibu, sehingga ia dapat mendengar semua ucapan yang dilontarkan selama ayah dan ibunya bertengkar.

Emosi yang dirasakan oleh calon ibu akan menyerap begitu saja dan jumlah darah yang masuk ke rahim calon ibu dapat berubah, bergantung pada emosi ibu dan perubahan fisiknya. Jika jumlah darah yang diterima oleh ibu hamil berkurang, maka ini dapat memberi dampak negatif terhadap perkembangan otak janin Anda.

Kira-kira apa alasan suami istri bertengkar pada masa kehamilan?

4 penyebab utama pertengkaran suami istri pada masa kehamilan

1. Masalah ekonomi

“Ayah, katanya rumah sakit bersalin A lebih canggih dan bersih..”
“Disana mahal sekali, Bu! Memang bersalin harus di tempat yang mahal?"

Kelahiran anak merupakan anugerah yang telah didambakan oleh calon ayah dan calon ibu. Jika kondisi perekonomian keluarga tidaklah leluasa, maka orangtua pasti khawatir dengan biaya yang harus dikeluarkan pada saat proses persalinan. Pada akhirnya, masalah-masalah ini dapat memicu pertengkaran di antara suami dan istri.

2. Morning sickness

“Ayah, aku nggak kuat cium bau makanan ini”
“Kamu kok hamil lebay banget sih, Bu?”

Setiap calon ibu pasti mengalami ‘morning sickness’ atau gejala mual dan muntah-muntah pada masa kehamilan. Calon ibu tidak bisa mengonsumsi makanan dengan benar, menjadi sensitif, atau perut yang terasa tidak enak, dan hanya para calon ibu yang bisa merasakannya.

Jika calon ayah tidak memperhatikan dan tidak membantu calon ibu yang mengalami morning sickness, maka calon ibu dapat menyalahkan suami dan merasakan kesedihan yang mendalam. Percekcokan seperti ini dapat mengakibatkan pertengkaran suami istri.

3. Pola hidup

“Apa sih susahnya beres-beres rumah? Lihat rumah kita berantakan sekali!”
“Aku juga capek! Harusnya Ayah juga bantu aku dong!”

Ketika hamil, calon ibu akan mudah merasa lelah, sehingga banyak tugas-tugas rumah yang terlewatkan. Apalagi kalau di dalam rumah sudah ada anak kecil, membagi waktu untuk merawat anak dan mengerjakan tugas rumah pasti menjadi semakin sulit. Di sisi calon ibu, ia ingin sekali suaminya membantu tugas-tugas rumah, sedangkan calon ayah merasa sudah cukup membantu atau calon ibu yang merasa suaminya kurang perhatian dapat mengadu pertengkaran di antara suami dan istri.

4. Masalah keluarga mertua

“Ayah, aku ingin istirahat sendiri aja tetapi Ibu selalu datang ke sini. Aku jadi lelah.”
“Ibuku kan perhatian sama kamu! Kok kamu malah sensitif?!”

Pernikahan merupakan gabungan dua keluarga menjadi satu, faktor keluarga ini dapat memicu pertengkaran suami dan istri.

Masalah ini mungkin bukanlah masalah yang besar, tetapi saat salah satu pihak tidak bisa memahami perasaan sedih yang dirasakan pihak lain atau saat pihak ketiga turut campur mengomentari hubungan pernikahan Anda, maka ini dapat menjadi faktor penyebab munculnya pertengkaran.

Bagaimana cara untuk mengurangi perselisihan suami istri?

1. Pahamilah perubahan psikologis pada calon ibu

Selama masa kehamilan, perubahan hormon dan bentuk fisik dapat mengakibatkan organ saraf calon ibu menjadi lebih sensitif. Ini merupakan sikap yang secara insting ditunjukkan oleh calon ibu untuk menjaga janin dari bahaya.

Saat organ saraf calon ibu semakin sensitif karena menurunnya kemampuan mengontrol perasaan, maka calon ayah perlu memaklumi ucapan dan tindakan sensitif yang ditunjukkan oleh calon ibu.

2. Pahami juga posisi/sudut pandang calon ayah

Berbeda dengan calon ibu, calon ayah tidak memiliki perubahan fisik selama masa kehamilan calon ibu, namun terkadang di mata calon ibu, calon ayah terlalu bersikap santai. Misalnya, saat calon ibu ingin makan sesuatu, calon ayah mungkin tidak akan tahu seberapa banyak makanan yang diinginkan oleh calon ibu. Sebaiknya, calon ibu juga harus menghargai calon ayah yang sudah berjuang demi keluarga.

3. Hindari ucapan yang dapat melukai perasaan

Pertengkaran sering diawali dengan salah satu pihak yang ingin menonjolkan diri, namun berubah menjadi sikap menyalahkan dan mengkritisi orang lain, sehingga mengakibatkan pertengkaran.

Apapun itu alasannya, sebaiknya Anda menghindari ucapan-ucapan yang dapat menyakiti perasaan pasangan.

4. Setelah bertengkar, segeralah berbaikan kembali

Janin dapat menerima emosi yang dirasakan oleh ibunya, sehingga janin dapat merasakan kekerasan, atau perasaan sakit hati yang dirasakan oleh calon ibu setelah bertengkar dengan calon ayah. Jika berbaikan setelah beberapa hari, janin sudah terlanjur menyimpan memori pertengkaran ini di otaknya.

Jika Anda takut si kecil menyimpan kenangan kekerasan dan perasaan sakit hati, maka segeralah berbaikan demi buah hati Anda.

Bahan pertimbangan
Konten Chai's Play tidak hanya terbatas diterapkan oleh ibu saja. Ayah, anggota keluarga lain, pengasuh dan para pendidik PAUD bisa mempraktikkannya juga.
Bagikan artikel ini kepada orang-orang yang Anda sayangi.
Copy link
Bagaimana dengan konten ini?